Mohon tunggu...
Benny Dwika Leonanda
Benny Dwika Leonanda Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas Padang

Insinyur STRI No.2.09.17.1.2.00000338 Associate Professor at Andalas University

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Water Table dan Sumur Resapan

8 Desember 2021   11:25 Diperbarui: 8 Desember 2021   11:40 2294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Water Table atau Muka Air Tanah adalah batas bawah tanah antara permukaan tanah dan daerah di mana air tanah menjenuhkan ruang antara sedimen dan retakan pada batuan dalam tanah, Pada kondisi ini tekanan air dan tekanan atmosfir berada dalam keadaan setimbang. Pada daerah kering, daerah tersebut tidak jenuh, di mana oksigen atau udara dan air mengisi ruang antar muka sedimen. Zona ini mengalami aerasi karena terdapat udara di dalam tanah. Sementara di bawah antar muka air daerah tersebut dalam kondisi jenuh, di mana air akan mengisi semua ruang di antara sedimen dan bebatuan. Pada zona jenuh dibatasi di bagian bawah oleh bebatuan padat yang tidak dapat ditembus oleh air.

Bentuk dan tinggi water table dipengaruhi oleh permukaan tanah. Bisa saja permukaan tanah melengkung pada dipermukaan yang lebih tinggi, dan turun pada permukaan yang lebih rendah. Bisa jadi mengikuti bentuk topografi daerah, bukit dan lembah, serta kantong-kantong air pada satu daerah. Air tanah yang terdapat di bawah water table berasal dari presipitasi atau perembesan air dipermukaan tanah. Mata air akan terbentuk di mana water table bertemu dengan permukaan tanah, dan menyebabkan air tanah mengalir dari permukaan dan akhirnya mengalir ke sungai, danau, atau saluran air dalam bentuk lain.

Ketinggian water table bervariasi, hal ini tergantung pada lingkungan berada di sekitar tanah. Tinggi atau rendahnya water table dipengaruhi oleh iklim atau curah hujan antara musim ke musim sepanjang tahun. Selama musim hujan water table akan tinggi, sementara pada musim panas atau kemarau water table  akan turun.   Selama musim hujan, air pada permukaan akan meresap ke dalam tanah sampai mencapai jenuh air, dan hal ini butuh waktu. 

Air akan merembes dari daerah basah ke daerah kering  dan mengisi seluruh ruang antar sedimen untuk menjadi daerah jenuh, dan proses ini dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Beda ketinggian permukaan memainkan peranan penting dalam hal ini. Namun ada kalanya ketinggian water table ini tidak berubah. Hal ini terjadi ketika di sekitar permukaan tanah ada air permukaan, atau genangan air seperti, seperti danau, sungai, telaga, atau saluran air. Ketinggian water table mempunyai ketinggian yang stabil, dan tidak berubah sepanjang tahun.

Selama musim kemarau water table akan mengalami penurunan, sebagian dari ini disebabkan oleh tanaman mengambil air pada permukaan tanah, sebelum air tersebut mencapai permukaan air. Air tersebut akan diuapkan ke udara melalui proses evapo-transpirasi, dan akan menyerap air sekitar 1.7 liter per hari dari air tanah. Tinggi dari water table juga dipengaruhi oleh aktifitas manusia mengambil air  pada permukaan water table dengan menggunakan sumur, atau pompa untuk keperluan minum dan keperluan lainnya. 

Tinggi atau rendahnya water table dapat diketahui dari ketinggian permukaan air pada sumur. Jika tidak adalah evapo-transpirasi pepohonan atau tanaman di atas tanah atau pengambilan air melalui pompa atau sumur, maka permukaan water table cenderung tetap akan turun melakukan perembesan di dalam tanah pada daerah yang lebih rendah, dan akan kembali kepada ketinggian semua terdapat proses pengisian ulang dari curah hujan pada musim berikutnya.

Water table sangat berperan terhadap konstruksi, terutama untuk bangunan rumah tempat tinggal, gedung, dan konstruksi lainnya. Terutama untuk stabilitas pondasi, dan kenyamanan rumah atau pemukiman, atau gedung. Bagaimanapun keberadaan water table akan signifikan memberikan gangguan terhadap pemilik bangunan. Apalagi ketinggian water table akan berfluktuasi di musim kemarau dan musin hujan dari tahun ke tahun karena dipengaruhi oleh variasi iklim dan seberapa banyak air yang diambil dari permukaan air tanah. 

Ketinggian water table akan stabil di bawah tanah jika ada sistem drainase pada tempat-tempat tertentu, sehingga water table akan terkuras dan tidak mempengaruhi pondasi bangunan atau dinding dan lingkungan perumahan dan bangunan. Efek yang timbul ketika kondisi water table yang tinggi di sekitar bangunan, gedung, dan konstruksi lainnya, air akan terserap ke dalam tanah, dan mengisi ke seluruh rongga yang terdapat di dalam tanah, dan kondisi jenuh tercapai tanah akan membengkak, volume tanah akan bertambah. Hal ini tentu saja memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap pondasi bangunan dan struktur.

Di daerah-daerah di mana permukaan air setempat naik di dekat permukaan, air dapat mendorong bagian bawah pondasi dalam kondisi yang dikenal sebagai 'tekanan hidrostatik'. Air akan merembes di bwah pondasi, dan mungkin saja merembes pada beton padat dari waktu ke waktu. Jika tekanan hidrostatik yang parah, bisa jadi memicu efek buoyancy pada bangunan, bangunan akan didorong dalam arah vertikal ke atas oleh air, mengakibatkan bangunan atau pondasi bergeser ke arah keluar dari tanah. Walaupun hal ini sangat kecil kemungkinannya namun, probalitas seperti ini mungkin saja terjadi untuk struktur bangunan-bangunan tertentu, di mana sebuah bangunan secara keseluruhan kedap air (tidak bocor) terhadap air permukaan.

Efek lain yang mungkin terjadi korosi pada struktur beton bertulang dan sistem pemipaan yang berada dibawah permukaan. Terutama untuk sloof, atau tiang pancang, pipa pada  bangunan. Walaupun posisi sloof berada di atas permukaan tanah, efek kapilileritas memungkinkan membasahi seluruh isi dari sloof  dan tiang pancang  tersebut. 

Bagaimanapun air akan merembes ke dalam beton tersebut dan berada pada daerah basah dan kering, korosipun tidak bisa dihindari pada besi di dalam struktur tersebut. Selain efek korosif yang perlu diwaspadai, kerusakan akibat jamur, lumut dan bakteri pada bagian bangunan akan menyebabkan bagian-bagian yang terkena akan melapuk, dan akhirnya merusak bangunan secara keseluruhan. Walaupun hal ini tidak begitu signifikan namun hal ini membutuhkan sistem perawatan ekstra untuk memelihara bangunan. Selain itu kelembaban yang tinggi tentu saja akan mengganggu bangunan, terutama yang memakai material kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun