Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Jujur Hebat, Meski Dipecat!

16 Oktober 2021   10:26 Diperbarui: 16 Oktober 2021   10:32 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Sabtu, 16  Oktober 2021

Luk 12:8 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. 9 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. 10 Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. 11 Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. 12 Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."

Renungan

Iwan Ismail, pegawai pengamanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengirim surat terbuka. Iwan menerangkan kronologi penemuan bendera simbol organisasi Hizbut Tahrir Indonesias (HTI) saat patroli di lantai 10 Gedung Merah Putih KPK pada Februari 2019. Slogan Berani Jujur Hebat menjadi Berani Jujur Pecat ia rasakan karena penemuan bendera itu berujung pemecatan. "Selama ini saya diam dan menerima keputusan tanpa ada keadilan, biarkan Allah SWT yang membalas, karena Allah SWT yang maha memberi rezeki," ucapnya di surat terbuka tertanggal 29 September 2021 lalu.(lih. Kompas.com)

Bacaan Injil hari ini menarasikan konsistentsi dan  konsekuensi keberanian murid-murid Yesus di tengah-tengah situasi konfrontasi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dengan Yesus Sang Rabi, yang makin menjadi-jadi. Yesus mengingatkan untuk tetap berani setia bertahan sebagai pengikut-NYa meski begitu berat penderitaan yang didapat. Tetap mau dan berani menanggung akibat pilihan sebagai pengikut-Nya meski begitu banyak ongkos harga yang harus dibayarnya.  Murid-murid-Nya yang tidak gentar, tidak takut, bukan pengecut, tidak menyangkal, tidak meninggalkan jalan kebenaran-Ny, pada saat-Nya, di hari penghakiman, pengakuan imannya diakui oleh-Nya. Mereka memperoleh penghiburan dan kemuliaan kekal. Penderitaan yang dialami sebagai pengikut-Nya, efektif menghadirkan Kerajaan-Nya. Berubah jadi kesaksian dan kehormatan, mereka hidup sukacita karena keluar sebagai pemenang.

Namun tidak semua murid-Nya demikian adanya. Akan  terdapat  murid-murid-Nya yang  gagal dan berhenti mengikuti-Nya. Ada yang tidak siap dan tidak tahan dengan aneka penderitaan, kesukaran. Dikucilkan, dikejar-kejar, dibulli, dipersekusi, didiskriminasi, ditangkap, dipenjara, dianiaya, dan dibunuh karena nama Yesus, adalah camilan kudapan mengerikan. Kerapuhan, hanya mengandalkan diri sendiri menghantar murid-murid-Nya meninggalkan Allah dan Yesus. Mereka gagal menjadikan Allah sebagai andalan hidup. Kesempatan bersaksi di tengah salib kehidupan disia-siakan. Mereka memilih menyangkal Kristus dan berkhianat. Pada saat penghakiman, pilihan eksistensial ini berbalik menghakimi dirinya sendiri.  Mereka mendapati diri tercampak dari persatuan dengan Allah, Yesus dan Roh Kudus. Akhir hidup yang tragis. Mereka mengenali potret diri sebagai pecundang,

Dari masa ke masa, dipelbagai tempat, akan selalu terjadi penolakan melawan Yesus Anak Manusia. Dengan beraneka cara dan cerita akan ada suara sumbang yang menggosipkan asal-usul-Nya; mereka-reka kehadiran-Nya sebagai hasil persetubuhan Maria dengan Allah, bahkan dengan tentara Roma; sesatlah menuhankan manusia, menggantungkan diri pada makhluk yang digantung pada tiang gantungan; anehlah Tuhan kok lahir, Tuhan menyusu, Tuhan porno, bercelana kolor,  cawetan, nyaris telanjang. Siapapun yang tidak mengenal Yesus, namun berbicara tentang-Nya sebagai Anak Manusia dengan penuh kebencian, merendahkan, melecehkan dan menghina, masih  ada pengampunan.  

Akan tetapi, siapapun setelah pencurahan Roh Kudus, dengan keji mengeraskan hati menentang Yesus dan kristianitas, ia menghujat Roh Kudus,  kehilangan kesempatan  anugerah pengampunan dosa. Siapapun yang  tidak dapat diyakinkan oleh pengikut-Nya, namun mengagumi-Nya masih mempunyai harapan. Namun setelah mengenal-Nya dalam Roh, kemudian menghujat-Nya, akan kehilangan segala hidup berpengharapan.

Untuk dapat bersaksi, para murid-Nya  diperlengkapi dengan memadai. Agar mereka tetap mengikuti-Nya, memikul salib kristianitasnya dan melaluinya dengan cara terhormat, penuh kemuliaan.  Menjadi martir, setia kepada Kristus pertama-tama bukanlah mengalami penderitaan-Nya, melainkan  kesaksian, pengakuan iman, penyelamatan. Dalam ketidakberdayaan  mereka menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah, "Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu.  Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."

Dalam kesukaran dan penderitaan, Yesus memberikan jaminan kepastian. Jangan bingung memusingkan diri dengan pembelaan. Roh Kudus, Roh Hikmat, akan mengajar apa yang harus dikatakan, dan bagaimana mengatakannya, sehingga nama Allah semakin dimuliakan. Pada saat-Nya yang selau tepat dan tak terduga, Allah Yesus dan Roh Kudus turun tangan, terlibat ikut campur tangan membebaskan. Penyelenggaraan-Nya luar biasa dahsyat.

Maukah seperti Iwan Ismail konsisten dan konsekuen dengan prinsip kehidupan Berani Jujur Hebat meski pengalaman mengajarkan Berani Jujur Dipecat? Maukah seperti Iwan Ismail mengembalikan segalanya kepada Allah yang maha memberi rezeki? Maukah  memintakan berkat bagi siapapun yang menjahati kristianitasnya? Mampukah mengulang doa-Nya di tiang gantungan  "Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!", Mampukah tetap bersyukur, bersukacita, bersemangat meski tiada hari tanpa  "diiyik-iyik", dianiaya karena kristianitas? Mau jadi pemenang ataukah pecundang dalam kristianitas?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun