Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Bermasalah, Indah Melihat Allah!

3 Agustus 2021   08:48 Diperbarui: 3 Agustus 2021   09:09 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Injil hari ini, menarasikan kisah yang bertolak belakang dengan tindakan si Don itu. Sejak awal teks sudah dilukiskan dengan rinci apa yang dilakukan Yesus. Sesudah peristiwa penggandaan roti, Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu,n mendahului-Nya ke seberang, dan menyuruh orang banyak pulang. 

Setelah orang banyak itu pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Orang banyak mau menjadikan-Nya raja. Sebuah tawaran keberuntungan menggiurkan.

Di atas gunung, Yesus pun pernah ditawari kekuasaan asal sujud menyembah setan, si penguasa kegelapan. Ia berhasil mengatasi. Berhadapan dengan godaan kekuasaan, seperti Musa, Yesus naik ke atas bukit. Di atas bukit, Musa berhadapan muka dengan Allah Abraham, Ishak dan Yakub. 

Di atas bukit, silmbolik tempat Allah Yang Mahatinggi,Yesus berhadapan muka, sendirian semalaman bersama dengan Allah. Ketika kuasa malam, kuasa kegelapan, kuasa kejahatan, kuasa setan bergerilya menyelinap menawarkan pengaruhnya, Yesus retret bersama Allah. Yesus kembali kepada Allah, bersama Allah, setia kepada Allah, berhasil dan tidak akan gagal menjalankan visi dan misi-Nya.

Perjalanan perahu murid-murid-Nya saat malam, jauh di perairan dan  tidak bersama-Nya  dapat gagal, tidak sampai tujuan, berlabuh di daratan. 

Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Ketika berada dalam masalah, kegelapan, kebingungan, orang merasa ditinggalkan Tuhan. Orang dapat salah paham terhadapTuhan, bahkan memprotes dan menggugat-Nya. 

Demikian halnya para murid-Nya. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. Para murid salah memahami Yesus saat malam terombang-ambing dalam perahu kehidupan. Pertolongan Yesus tepat pada saat-Nya. 

Dalam kisah penciptaan, kitab Kejadian, menuliskan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Bagi yang memiliki relasi dekat dengan Allah, narasi kitab Kejadian dapat membuka siapakah Yesus yang mendatangi, berjalan di atas air. Yesus sedang mewahyukan diri, sebagai yang datang dari Allah, berkuasa atas kekuatan laut, kekuatan kuasa jahat. Yesus bukan hantu. 

Yesus yang datang dari Allah adalah Tuhan, Sang Penguasa mengatasi kuasa samudra. Yesus berkata : "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Ketika bersama Yesus, bersama yang datang dari Allah, bersama Tuhan Sang Penguasa alam semsesta, ada ketenangan menghadapi setiap perkara, lenyap segala ketakutan. Bahkan mampu bertindak seperti Yesus lakukan.

Saat Petrus mengenali Yesus, bukan hantu, berseru  "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Yesus menanggapi: "Datanglah!" Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Petrus mampu melakukan apa yang Yesus lakukan. Yesus berjalan di atas air, Petrus pun berjalan di atas air. 

Perbedaannya di mana? Sekalipun bersama Yesus, Petrus tetap rapuh, masih ada ruang kosong, hati yang tidak percaya.  Akibatnya ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Yesus dan Petrus naik ke perahu dan anginpun redalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun