Pengalaman keselamatan ini begitu memerdekakan, sehingga nampak dalam indikator keselamatan yaitu  pelaksanaan kasih yang pas. Siapa mengasih Allah yang tak kelihatan mesti, tidak boleh tidak  mengasihi sesamanya yang kelihatan. Siapa mengasihi Allah yang tak kelihatan tetapi membenci sesamanya yang kelihatan adalah pendusta.  Siapa mengasihi Allah yang tak kelihatan namun membatasi diri dalam mengasihi sesamanya  yang hanya seagama, seiman, sekeluarga, sesuku, semasyarakat adalah munafik, berbeban berat, kena virus 10 el: latah, letih, lesu, lemah, lunglai, loyo,  layu, lelayu, layat, layon.
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Kuk macam apa yang dipikul, kuk-Nyakah? Kenapakah mereka yang saleh ritual tidak selalu saleh ipoleksosbudnya? Opsi manakah yang mau diikuti, Â karena sudah selamat maka hidup baik, penuh kasih, ataukah supaya selamat maka hidup baik penuh kasih? Mengapa?
Yang berpasangan dengan-Nya, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Kuk-Nya