Mohon tunggu...
Bayu Suntara
Bayu Suntara Mohon Tunggu... FREELANCER -

Freelance Journalist, Music n coffee addict,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aceh Kini Sangat Merah Putih

19 Agustus 2017   11:34 Diperbarui: 19 Agustus 2017   16:52 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis sengaja mengambil judul diatas sebagai suatu resume atas ribuan pertanyaan yang selalu terbesit di dalam pikiran sebelum ditugaskan di Aceh. Sungguh suatu karunia pada akhirnya semua mata dapat melihat betapa rakyat Aceh dengan segala hiruk pikuk konflik dimasa lalu dan bencana tsunami super dahsyat tahun 2004 sepertinya telah membuat masyarakat Aceh sadar dan saat ini mereka sedang bangkit.

Tentu saja hingga saat ini masih saja ada segelintir orang yang menyoal tentang integritas  Aceh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penulis mendapati sebuah fakta tersebut melalui deretan komentar pedas dan penuh dengan sentimen negatif pada sebuah konten berita media online atas pengibaran bendera raksasa yang dilakukan oleh komponen masyarakat di bukit piramida Aceh besar dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke -72.

Namun, sepertinya memang komentar-komentar liar itu dibuat oleh orang-orang yang belum menyadari bahwa integritas dan perdamaian adalah modal untuk mengejar kualitas hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang faktanya saat ini sedang dinikmati oleh segenap rakyat Aceh. Meminjam istilah anak sekarang, kelompok masyarakat yang seperti itu adalah mereka yang masih belum "move on". Disisi lain, kelompok-kelompok masyarakat yang tidak puas dengan keadaan saat ini pasti tetap ada namun tentunya hal tersebut dapat kita lihat sebagai sesuatu yang positif, yaitu sebagai kontrol dan dinamika sosial. Oleh karena itu, merupakan tugas kita bersama untuk memberikan wawasan dan merangkulnya. Hal tersebut muncul salahsatunya pada pidato Gubernur terpilih, Irwandi Yusuf, saat pelantikan dirinya menjadi Gubernur untuk periode 2017-2022. Dalam pidato tersebut secara tersurat dan tersirat terdapat seruan untuk semua pihak dan elemen masyarakat Aceh baik di tataran elit hingga akar rumput agar senantiasa bersatu dan menegaskan bahwa Aceh adalah milik bersama.

Di usia 12 tahun paska MoU Helsinski, betapa kini rakyat Aceh sudah sangat menikmati dan memantapkan konsensus kebangsaan menjadi bagian dari Nusantara. Tidak hanya pada sebatas ruang dialetika namun integrasi dan pembauran itu tentunya dapat kita lihat dari pemandangan sehari-hari salah satunya melalui aktivitas masyarakat di warung-warung kopi yang tidak hanya diisi oleh orang-orang Aceh, tapi disana telah menjadi salah satu media terjadinya alkuturasi budaya nusantara dan interaksi sosial yang menjadi feature keindonesiaan melalui keramahtamahan, kesantunan, dan kearifan.

Selain itu, dalam peringatan hari ulang tahun Kemerdekaan RI ke 72, ada seremonial-seremonial yang "luar biasa" dilakukan oleh masyarakat Aceh diantaranya selain pengibaran bendera raksasa sebagaimana telah disebutkan diatas, di beberapa daerah seperti Aceh Singkil yang merayakan HUT Kemerdekaan RI dengan pengibaran bendera di bawah laut. Selain itu di Gayo Lues diadakan pementasan tari Saman dengan menghadirkan 12.262 penari. Event massal tersebut bukan hanya memecahkan rekor nasional tapi juga rekor dunia. Tarian ini dapat menjadi simbol bahwa rakyat Aceh semakin solid, kompak dan sinergis karena dalam tarian massal itu diikuti oleh berbagai macam komponen masyarakat dan aparat dalam balutan nuansa lokal.

Sementara tu, semangat cinta tanah air Rakyat Aceh dapat tergambar pada peringatan HUT kemerdekaan RI ke 72 yang diselenggarakan di lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Upacara yang diikuti oleh segenap perwakilan rakyat Aceh yang terdiri dari anggota TNI, Polri, PNS, Mahasiswa, Organisasi Kepemudaan dan para siswa sekolah yang diselenggarakan di lapangan yang lokasinya berada tidak jauh dengan Museum Tsunami tersebut, seolah-olah menjadi saksi bahwa Aceh kini sudah sangat Merah Putih, sudah sangat Indonesia. Tidak hanya itu, komitmen relijius rakyat Aceh sebagai negeri serambi Mekkahpun tergambar pada pembacaan ayat suci Alqur'an dan Shalawat Badar pada saat upacara HUT Kemerdekaan dimulai. Sesuatu hal yang tidak menjadi kebiasaan di wilayah lain.

Selain kegiatan seremonial dan perayaan kemerdekaan, di Aceh juga diselenggarakan acara Murojaah 171717 yang merupakan acara doa bersama seluruh umat beragama di Provinsi Aceh. Kegiatan Murojaah yang bertajuk Indonesia lebih kasih sayang tersebut merupakan kegiatan iconic persembahan TNI yang dilaksanakan serentak diseluruh wilayah tanah air dan diikuti secara antusias oleh segenap masyarakat. Selain antusias pada acara doa bersama dan seremonial, hiasan-hiasan merah putih dan acara-acara perlombaan "agustusan"pun tidak kalah menyemarakan peringatan Kemerdekaan RI ke 72 di Aceh.

Terlepas dari segala kekurangan yang masih ada dalam pembangunan di Aceh namun publik harus mengetahui bahwa masyarakat Aceh kini telah merasakan betapa situasi kondusif sangat berimbas positif bagi kehidupan dan pembangunan Aceh secara keseluruhan. Hal tersebut diindikasikan di mana penghormatan terhadap hak sipil dan politik rakyat semakin meningkat dan berkualitas. Tak heran jika Badan Pusat Statistik pernah memposisikan Aceh sebagai wilayah dengan indeks demokrasi tertinggi di Indonesia.

Selain itu, dalam bidang keterbukaan informasi, Pemerintah Aceh selama tiga tahun ini telah mendapatkan penghargaan sebagai lembaga dengan Indeks Keterbukaan Informasi terbaik di Tanah Air. Demikian juga dalam hal pengelolaan keuangan, dua tahun terakhir ini Pemerintah Aceh mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Semua pencapaian itu tentunya merupakan hasil karya dan kerja keras seluruh rakyat Aceh demi masa depan Aceh yang sedang berlari menuju Aceh yang hebat.

Selanjutnya, merupakan tugas bersama untuk merawat dan melestarikan apa yang sudah diperbuat oleh segenap rakyat dan pemerintah Aceh. Seluruh pemangku kepentingan, komunitas media, lini pendidikan, dunia usaha dan segenap masyarakat khususnya Aceh dan umumnya nusantara harus lebih menanamkan rasa memiliki Aceh sebagai aset bangsa di dalam semangat persaudaraan dan persatuan berdasarkan kebhinekaan, Pancasila dan cita-cita konstitusi UUD 1945.

Damainya Aceh damainya Indonesia. 

Saya Sunda, saya Indonesia dan saya cinta Aceh.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun