Rencana pemerintah untuk memberikan subsidi pembelian motor listrik masih belum juga terealisasi. Padahal kebijakan ini dinilai penting untuk mendorong masyarakat beralih ke kendaraan ramah lingkungan dan menekan emisi karbon demi target net-zero 2060.
Stephen Mulyadi, Direktur Utama United E-Motor, menilai niat pemerintah baik, tetapi pelaksanaannya lambat sehingga konsumen menunda pembelian dan penjualan ikut terhambat.
"Pemerintah punya itikad baik membantu konsumen membeli motor listrik lebih murah. Tapi pelaksanaannya lambat, sehingga konsumen menunggu dan menunda pembelian. Ini sangat berpengaruh ke penjualan kami," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Menurut Stephen, pengumuman tanpa kepastian hanya membuat industri dan konsumen bingung. "Kalau memang mau, ya cepat. Jangan lama-lama atau hanya didengungkan dulu," tegasnya. Ia menilai percepatan keputusan akan mengurangi ketidakpastian dan membantu pabrikan memproyeksikan produksi dengan lebih akurat.
Program subsidi ini bertujuan mendorong peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik. Namun pemerintah masih merampungkan anggaran dan regulasi, sementara produsen lokal menanggung dampaknya karena penjualan melambat dan konsumen menunggu kepastian harga.
Stephen juga menyoroti maraknya impor motor listrik dan meminta pemerintah memperketat aturan agar produk luar tak membanjiri pasar. Industri dan konsumen kini menanti kepastian subsidi yang dinilai penting untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik sekaligus menjaga daya saing produsen lokal.
"Dari dulu kita harapkan regulasi impor diperketat. Tapi entah kenapa, selalu ada saja jalan produk luar masuk," ungkapnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI