PT Akulaku Finance Indonesia melaporkan rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) untuk layanan buy now pay later (BNPL) tetap terjaga di bawah 2% per Juli 2025. Angka ini sejalan dengan target internal perusahaan di tengah ekspansi pembiayaan yang terus meningkat.
"NPF perusahaan terjaga pada level sesuai target di bawah 2%. Dibandingkan tahun sebelumnya, NPF relatif stabil di tengah pertumbuhan aset pembiayaan," kata Direktur Keuangan Akulaku, Aan Setiawandi, kepada Kontan, Minggu (21/9).
Faktor Risiko dan Strategi Mitigasi
Aan menjelaskan, NPF BNPL dipengaruhi berbagai variabel: kondisi makroekonomi yang berdampak pada kemampuan bayar konsumen, profil risiko nasabah, model akuisisi kredit, dan efektivitas penagihan.
Untuk menjaga kualitas kredit, Akulaku Finance terus memperbarui model akuisisi dan meningkatkan produktivitas tim penagihan. "Tantangan terbesar adalah mengelola jumlah transaksi yang sangat besar, sehingga kemampuan sistem akuisisi kredit sangat penting," ujarnya.
Target Akhir Tahun
Hingga akhir 2025, perusahaan menargetkan rasio NPF tetap berada di kisaran 2%. Strategi yang disiapkan meliputi penajaman algoritme akuisisi kredit serta optimalisasi kinerja tim penagihan.
Langkah ini menjadi krusial bagi Akulaku di tengah kompetisi ketat sektor BNPL di Indonesia, di mana kualitas portofolio pembiayaan dan efisiensi proses penagihan menjadi faktor kunci menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dengan kemudahan akses, proses pendaftaran yang cepat, dan ekosistem belanja digital yang luas, Akulaku Finance kini menjadi salah satu pilihan utama anak muda Indonesia untuk layanan BNPL, mendukung gaya hidup serba instan dan fleksibel tanpa mengorbankan kontrol finansial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI