Mohon tunggu...
Bayu Kurniawan
Bayu Kurniawan Mohon Tunggu... -

Scouts Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Saat Kemauan Tidak Berpihak Pada Si Lemah”

18 April 2013   23:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:58 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa:


“Fakir miskin dan anak - anak terlantar dipelihara oleh Negara”


Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh Negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Seseorang dapat dikatakan sebagai anak apabila ia masih berusia dibawah 18 tahun dan belum terikat dengan suatu perkawinan, karena jika ia belum berusia 18 tahun tetapi telah melakukan perkawinan maka ia dapat dikatakan telah dewasa.

Penanganan masalah anak merupakan masalah yang harus dihadapi oleh semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja, tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus dapat membantu pertumbuhan anak dengan baik termasuk kita sebagai seorang mahasiswa. Mengenai anak terlantar banyak hal yang sebenarnya dapat diatasi seperti adanya panti-panti yang khusus menangani masalah anak terlantar tetapi karena kurangnya tenaga pelaksana dan minimnya dana yang diperoleh untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut serta tingkat keseriusan pemerintah dalam menangani hal ini yang masih relatif rendah maka kelihatannya panti-panti tadi dikhawatirkan tidak akan berfungsi dengan baik lagi.

Menurut Supeno, jalanan yang ditempatkan petugas memang bersih dari anak jalanan. Namun, apabila petugas tidak ada, anak-anak itu akan kembali mengemis dan mengamen di jalanan. Hal ini pula yang sering penulis lihat di setiap jalan protokol di ibukota, terutama di lampu merah. Mungkin banyak hal yang bisa kita simpulkan saat kita melihat mereka berada di jalanan. Tapi terkadang kita hanya bisa melihat tanpa melakukan hal aktif yang sebenarnya mereka butuhkan. Mereka yang mengemis rata - rata anak kecil, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengemis dan mengamen adalah anak muda yang masih berbadan kekar dan tampak sehat.

Seperti yang mungkin sudah diduga banyak orang, para pengemis dan pengamen anak ini sudah melupakan pendidikan. Sebenarnya ada kesempatan untuk sekolah, tapi kemauan mereka yang sudah lenyap. Ketua LSM (lembaga swadaya masyarakat) SWARA, Endang Mintarja, yang bergiat untuk anak-anak jalanan di sekitar Jakarta Timur menyebut kondisi ini sebagai titik “aman” orang tua. Maksudnya, orang tua memang sengaja membiarkan anak-anaknya mengemis dan mengamen di jalanan. “Kenapa dibiarkan? Karena mereka juga mengambil keuntungan dari situ,” katanya. Lalu mengenai pendidikan, beberapa tahun ke belakang Endang dan beberapa timnya memberikan ke-sempatan kepada anak-anak ini untuk sekolah. Masalah biaya SWARA akan berusaha membantu.


Namun kenyataannya tak banyak orang tua dan anak-anak yang tertarik dengan program ini. Mereka lebih senang di jalanan ketimbang harus duduk dan belajar di sekolah. Begitu pula ketika mereka disuruh membacakan Pancasila. Seorang anak dengan cepat langsung mengacungkan tangannya dan berdiri di antara anak-anak lainnya. “Pancasila! Satu, Ketuhanan yang Maha Esa. Dua, mari mengamen sama-sama,” kata anak itu sambil tertawa terbahak-bahak.

Melihat hal tersebut, apa kita sebagai seorang mahasiswa hanya diam saja?

“ TIDAKK !!! ”

Sesungguhnya mahasiswa diciptakan untuk membangun kembali bangsa ini yang telah jauh terjatuh, perlahan namun pasti jelas akan tiba masa mahasiswa membawa keadilan yang merata untuk segenap rakyat Indonesia. Peran dijalankan dengan penuh tanggung jawab untuk mewujudkan Indonesia yang dicita - citakan oleh kita semua. Indonesia dan Rakyat Sejahtera.


Aksesdunia.com/2012/kisah-pilu-kehidupan-anak-jalanan-di-jakarta/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun