Mohon tunggu...
Bayu Bondan
Bayu Bondan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN yang belajar jadi penulis

Burung merpati burung kenari | Rehat sejenak di dahan meranti | Biarkan saja pena menari | Dan lihat saja hasilnya nanti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Cintaku Buatmu

7 November 2017   08:06 Diperbarui: 7 November 2017   09:01 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: setipe.com

Kulihat jam dinding di kantor yang tak pernah bosan berdetak. Ternyata sudah berjam-jam lamanya diriku mengikuti sebuah rapat mendadak. Jarum pendek tersipu malu ketika akhirnya bertemu dengan angka empat. Sedangkan jarum panjang mulai terlihat menyambangi angka dua belas melalui sebuah upaya pedekate jarak dekat.

Kini ragaku telah sempurna berselimut peluh dan penat. Menandakan rutinitas pekerjaan kantor harus berhenti, setidaknya untuk sesaat. Rumah adalah satu-satunya solusi penghapus lelah yang paling hebat. Ingin rasanya diriku cepat sampai ke rumah dengan melompat.

Namun, aku datang pukul delapan kurang sedikit dan itu artinya aku datang terlambat. Aku harus pulang minimal pukul setengah lima sore tanpa bisa diralat. Padahal kendaraan 'pribadi' milikku, kereta api ekonomi, datang menjemput di Stasiun Kemayoran pada pukul 16.20 tepat. Kereta api berikutnya baru akan menjemputku pada pukul 17.45 lewat. Hal ini menyebabkan aku tidak bisa pulang ke rumah dengan cepat.

Akhirnya kubuka kembali file tulisan cerpenku yang belum selesai dibuat tadi pagi. Sebenarnya aku berniat menyelesaikannya di sela-sela rutinitas bekerja dan berharap dapat mengirimkannya sore ini. Namun, ternyata aku harus rapat mendadak dari pagi sampai sore hari. Artinya aku harus menunda atau bahkan batal mengirimkan cerpenku sama sekali.

"Kenapa harus datang undangan rapat di saat yang tidak tepat?" batinku dalam hati. Padahal deadline pengumpulan naskah tinggal hari ini saja sampai pukul 24.00. Sedangkan aku hanya punya waktu sampai sore hari untuk menyelesaikan naskah dan mengirimkannya karena aku tidak punya laptop atau komputer di rumah. Jadi, siapa yang harus disalahkan? Aku sadar sepenuhnya bahwa dalam kasus ini memang akulah yang berada pada pihak yang salah.

Waktu bekerja seharusnya memang digunakan untuk kepentingan pekerjaan. Aku pun diberikan fasilitas komputer untuk memudahkan pekerjaan. Bukan malah memanfaatkannya untuk urusan pribadiku, termasuk hobi baruku yaitu menulis. Namun, ketiadaan fasilitas penunjang di rumah menyebabkan komputer kantor merupakan jalan keluar terbaik untuk menyalurkan kecintaanku kepada dunia literasi.

Setelah kupertimbangkan dengan matang, aku bertekad untuk menyelesaikan cerpen ini secepat kilat. Setelah itu, aku akan mengirimkannya ke PJ lomba. Aku sadar bahwa persaingan akan sangat berat karena aku hanya seorang penulis unyu-unyu yang minim pengalaman di dunia literasi. Namun, tidak ada salahnya kan jika aku mencoba bermimpi? Aku bermimpi menang lomba dan hadiah uang tunainya akan kugunakan untuk membeli laptop sehingga nantinya aku bisa menulis di rumah.

Aku punya waktu satu setengah jam untuk mengeluarkan jurus pamungkas, the power of kepepet. Seluruh ide yang lewat langsung saja kutangkap dengan cepat dan segera kuikat menjadi lantunan kalimat yang memikat. Kumainkan jemariku di atas keyboard dan membiarkan huruf demi huruf di layar computer saling berkelibat.

Tak kuhiraukan lagi kaidah menulis yang baik dan benar, seperti gaya bahasa, penokohan, apalagi Ejaan yang Disempurnakan (EyD). Dalam pikiranku hanya ada satu keinginan sederhana saja. Aku dapat membuat tulisan minimal enam halaman seperti yang tertera pada syarat perlombaan.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.30. Tandanya aku harus bergegas meninggalkan kantor dan menuju Stasiun Kemayoran. Jemputanku sebentar lagi akan datang dengan waktu kedatangan yang tidak bisa ditawar-tawar.

Kuarahkan pandanganku ke sebelah kiri bawah layar komputer. Di sana tertulis dengan jelas "Page: 6 of 6". Hm... Nampaknya persyaratan batas minimal halaman telah terpenuhi. Jadi, segera kuselesaikan saja konflik yang kubangun dengan sebuah antiklimaks beraliran happyending. Kukirim segera ke email PJ lomba yang telah ditentukan dalam pengumuman, tanpa pikir panjang dan sempat mengecek ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun