Bus 9566 tiba pada waktunya. Â Jalanan basah, lampu rumah yang remang-remang di kejauhan, dan udara dingin malam seolah-olah menyuruh setiap orang untuk segera pergi.
 Saat itu, aku adalah satu-satunya orang yang naik.  Ketika saya naik, sopir hanya mengangguk pelan dan tidak berbicara apa-apa.  Tidak ada musik atau percakapan di dalam bus.  Suara hujan hanya bergema di atas atap logam.
 Aku duduk di kursi tengah dan menghadap ke jendela, yang penuh dengan embun yang kabur.  Bayangan rumah-rumah di luar berlalu seperti kenangan yang terlalu cepat untuk dilihat dan terlalu samar untuk diingat.  Tidak ada petunjuk atau pengumuman pemberhentian.  Hanya satu angka digital yang terus menyala di depan: 9566.
 Lalu aku bertanya dalam hati, "Ke mana aku sebenarnya pergi?"Â
Kita Sering Lupa Bahwa Kita Tidak Akan Selamanya di Sini
Dalam hidup, kita selalu sibuk. Â Seolah-olah tujuan akhir adalah membangun rumah, membentuk identitas, berkompetisi, dan bersaing. Â Meskipun kita mungkin hanya sedang transit. Â Menghabiskan waktu sejenak di dunia ini dan menunggu giliran untuk sampai ke tempat yang lebih jauh dan lebih nyata.
 Bus ini seolah-olah hidup.  Kami naik, tidak tahu kapan turunnya.  Ada saat-saat ketika orang lain naik dan pergi sebelum kita. Kadang-kadang kita merasa sendiri, tetapi selalu ada orang yang mengawasi kita dengan diam-diam, seperti sang sopir yang tidak banyak bicara tetapi tahu ke mana harus membawa kita.Â
Setiap Perjumpaan Adalah Perhentian Sementara
Kita akan bertemu dengan orang-orang yang tampaknya penting selama perjalanan hidup kita, tetapi mereka akan turun di halte yang berbeda seperti penumpang lainnya. Â Beberapa orang tinggal lebih lama, sedangkan yang lain hanya tinggal sebentar.
 Mereka tidak hadir untuk tinggal, tetapi untuk memberikan pelajaran.  tentang kehilangan, menerima, atau sekadar mengingatkan bahwa kita bukan satu-satunya orang di bus ini.Â
Mungkin Tujuannya Bukan Tempat, Tapi Prosesnya
Apa yang menyebabkan ketakutan kita selama transit? Â Ketidakpastian; tidak tahu ke mana kita akan pergi. Â Namun, tujuan akhir mungkin tidak selalu menjadi fokus hidup. Â Mungkin perasaan yang kita alami selama perjalanan adalah yang paling penting.
 Saat kita duduk sebentar, apa yang pernah kita syukuri?  Pernahkah kita menikmati udara segar yang masuk melalui jendela yang terbuka?  Pernahkah kita tersenyum pada penumpang lain?  Pernah kita berpikir betapa tenang perjalanan ini jika kita hanya memandang ke depan tanpa sesekali melihat ke dalam?Â