Ada saat-saat tertentu ketika saya merasakan keletihan yang luar biasa saat bekerja. Ini bukan karena tugas yang berat, melainkan karena pikiran saya sendiri. Ketika rekan-rekan saya kembali ke rumah dan disambut senyum dari keluarga, saya malah merasa bingung: "Saya sebenarnya pulang ke mana? "Â
Realitas Seorang Perantau Biasa
Saya seorang pegawai biasa, tinggal di kota besar sebagai orang pendatang. Setiap pagi, saya berangkat ke kantor, berjuang dengan kemacetan dan tenggat waktu, kemudian kembali ke kost yang sepi dan dingin. Meskipun saya bersyukur, terkadang. . . saya merasa seolah hidup ini hanya untuk bekerja.
Pernah sekali saya duduk termenung di sudut minimarket dekat kantor, hanya untuk menghindari pulang. Bukan karena kost saya jauh  melainkan karena suasananya terasa hampa. Tidak ada orang lain di sana. Hanya saya dan pikiran saya sendiri.
Hal Sederhana yang Menguatkan
Kadang saya bertahan hanya karena hal-hal kecil. Ngobrol 5 menit dengan rekan kerja yang sepemikiran. Mendapat kopi gratis dari pantry kantor. Atau melihat meme lucu di grup WA kantor. Receh? Ya. Tapi justru itu yang bikin saya masih sanggup bangun pagi dan bekerja.
Bukan Mengeluh, Tapi Belajar Sadar
Saya tidak menulis ini untuk mengeluh. Namun, saya ingin mengingatkan diri sendiri --- bahwa usaha yang dilakukan ini memiliki tujuan. Saya tengah membangun "rumah" tersebut. Mungkin saat ini belum ada dindingnya. Tetapi saya sedang menyusun dasar-dasarnya: impian, simpanan, dan semangat untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Jika kamu juga merasa lelah dan menganggap semua ini sangat membebani, mungkin yang kamu butuhkan hanyalah waktu untuk beristirahat, bukan untuk menyerah. Dan jika kamu merasa belum menemukan "tempat tinggal", bisa jadi kamu sedang dalam proses membangunnya, secara perlahan.
Tetap semangat untuk kita semua, para pejuang hari kerja yang tampak tangguh namun diam-diam berjuang dengan hebat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI