Di dalam dunia tulis-menulis, ada pepatah ampuh yang berbunyi "write about things you know". Dengan sistem ini, hasil tulisan memiliki kemungkinan yang besar untuk bagus, karena kita sudah mengerti mengenai topik dari tulisan yang mau dibuat sehingga masalah cuma akan terletak pada pemilihan kerangka dan cara bercerita. Pemilihan kerangka maksudnya; aspek apa dari topik yang akan kita angkat. Sedangkan cara bercerita maksudnya; bagaimana kita mengutarakan isi pikiran kita kedalam bentuk tulisan.
Masalahnya, pepatah ini gak terlalu memicu pada perkembangan, malah cenderung mengarah pada pembatasan... lha wong dia mengindikasikan, kalau nggak ngerti soal "anu", ya jangan nulis soal itu...
Pepatah yang lebih membangun sebenarnya adalah "know about things that you write". Agak dibalik sedikit dari yang pertama, walaupun sebenernya masih mirip. Masih miripnya, karena tetep menyarankan kita untuk menulis mengenai apa yang kita kuasai, hanya saja bedanya, penguasaan itu harus diusahakan. Artinya, dalam menulis mengenai suatu hal, harus ada riset dan studi yang cukup mengenai topik yang akan dibahas, sehingga tulisan menjadi kaya, informatif, dan "benar". Benar disini btw, tidak harus selalu mengacu pada "the truth", tapi lebih ke arti "proper".
Pertama kali saya baca pepatah ini, adalah di salahsatu buku yang dipinjamkan oleh Count Sjarifudin Zaluski dari Writerighters untuk proyek penulisan script (TV script) sekitar pertengahan 2004 lalu. Istilah yang sama ternyata keluar juga dari mulut Aris Nugraha, sutradara sekaligus penulis untuk serial sitkom ngetop Bajaj Bajuri, Tante Tuti, Radio Repot, dll. Komentar mas Aris ini keluar sewaktu saya tanya soal tips menulis script yang baik dan bermutu, di salahsatu acara temu mukanya milis Layarkata sewaktu membahas soal HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).
Lebih lanjut Aris Nugraha juga menambahkan informasi, kenapa koq karakter-karakter di sitkom Bajaj Bajuri itu bisa terasa hidup? Hal ini terjadi ternyata, karena tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh-tokoh nyata yang sehari-hari ia temui dulu sewaktu masih hidup susah dan kost di daerah pinggiran. "Begitu saya buka jendela kamar tiap pagi", katanya, "Di luar sana ada Emak-Emak, Ucup-Ucup, dan Oneng-Oneng, dalam kehidupan nyata"... (Kurang lebih gitu, saya gak nyatet kata per katanya dengan persis). Karena kedekatan dan berhubungan langsung dengan para Emak, Ucup, dan Oneng itulah, maka Aris bisa membangun karakter-karakter tersebut di Bajaj Bajuri dengan hidup.
Nah sekarang, gimana caranya untuk menguasai mengenai permasalahan yang akan kita tulis? Ya sudah pasti dengan belajar. Misalnya, dengan membaca buku yang kira-kira memuat topik yang sama, berdialog dengan orang-orang yang lebih mengerti, mengamati perilaku mereka yang akan menjadi subyek tulisan kita, atau bahkan dengan ikut langsung terjun terlibat dalam permasalahan yang akan ditulis. Contoh dalam hal ini misalnya, adalah tulisan-tulisan para reporter investigasi yang terjun langsung dalam materi berita yang ia liput, dengan menyamar kalau perlu. Atau dalam bentuk lain, cara ini juga dilakukan oleh para aktor dan aktris terkenal, dalam upaya mendalami peran yang akan ia perankan di film, sehingga diharapkan actingnya kelak akan lebih "hidup". Seperti yang dilakukan aktris Neno Warisman yang menghabiskan waktu beberapa minggu hidup bersama para pemulung dalam lingkungan pemulung, dengan gaya hidup pemulung, dengan makanan pemulung, supaya bisa menjiwai perannya dalam salahsatu film berbuah Piala Citra.
Jadi, walaupun menulis itu sendiri adalah suatu petualangan (kita nggak akan pernah tau persis hasil akhir tulisan kita bakalan seperti apa), namun untuk bisa mencapai suatu hasil yang baik, maka pengertian kita mengenai hal yang mau dibahas pun harus mendalam dulu...
Kalau ibaratnya kumite atau pertarungan bela diri, kuasai dan siapkan dulu jurus-jurus bela diri yang mau dipakai, baru beraksi di arena.
Selamat belajar... (bay)
Catatan: Tulisan ini adalah pembaruan dari tulisan aslinya di sini: http://kangbayu.multiply.com/journal/item/60
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI