Mohon tunggu...
Bayu A Nugroho
Bayu A Nugroho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

اللهم صل على سيدنا محمد و على آله...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Penasaran Ternyata Mahal Yak?

30 November 2012   02:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:27 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Bayu A. Nugroho
Ternyata enak? Begitulah kira-kira yang saya rasakan ketika merasakan daging onta pertama kalinya. Sebenarnya sebelum makan sempet terbesit rasa ragu. Bukan hanya soal rasa akan tetapi juga soal harga yang terlampau cukup mahal. Apalagi untuk ukuran kantong mahasiswa seperti saya dan teman-teman mahasiswa lainya. Disana tertulis sekitar 85 real.

Sebenarnya, acara makan daging onta ini bukanlah hal yang disengaja ataupun direncanakan jauh-jauh hari. Saya tak berniat untuk meneliti rasa daging onta, apalagi memakannya. Karena menurut desas-desusnya dagingnya keras dan alot. Kalau soal bau saya pernah menciumnya dulu secara langsung sewaktu tajamu'(makan bersama) kawan-kawan di kampus dua bulan lalu. Dan ternyata baunya anyir, maka saya putuskan untuk tidak memakannya.

Kira-kira sewaktu ada jam kosong sehabis setoran al-qur'an di kampus, langsung saja saya berdua dengan teman saya mas azzam meluncur mencari ganjalan buat perut. Dan tak sengaja bertemu dengan beberapa kawan yang ternyata sedang mencari ganjalan pula. Maka jadilah kami ber-enam. kami susuri jalan-jalan di kota thoif ini. Berhubung cuaca yang sejuk, maka kami putuskan untuk berjalan kaki.

Hampir putus asa karena tak menemukan rumah makan yang pas kami hendak berlabuh di supermaket terdekat saja. Membeli roti dan say halib(minuman campuran teh dan susu) lalu langsung kembali lagi ke kampus. Tiba-tiba mas oyim menunjuk rumah makan di samping supermaket. Di atasnya tertulis bahasa arab yang menjelaskan bahwa rumah makan ini menyediakan daging onta.

Sebagaimana saya ungkapkan diatas sebelumnya, kami ragu. Kami saling memantapkan hati satu sama lain. Dan pada akhirnya kami sepakat untuk membelinya secara patungan. Maka digelarlah acara makan-makan. Makan daging onta. Tanpa disadari porsi yang seharusnya untuk dua orang arab itu pun ludes tak tersisa. Entah karena lapar ataukah memang enak.

Seandainya laparpun, sebelumnya makan kami mampir dulu ke supermarket sembari menunggu pesanan daging onta setengah jam lamanya. Dan suprise, ternyata rasa dagingnya enak, empuk dan lezat. Bau anyir yang kadang menyengat pun tak saya cium sama sekali.

Sejak hari itulah pandangan saya pada daging onta berubah drastis. Meski awalnya ragu dengan banyak opini ternyata fakta di lapangan kadang berbeda. Meski ragu harus mengocek kantung terlalu dalam tapi kebeli juga. Jadi begitulah kehidupan. Antara opini di kepala dan fakta di mulut amatlah berbeda. Penasaran lebih mahal dari kantung kocek kita. Jadi selamat mencoba daging onta kawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun