Mohon tunggu...
Bayu Aktami
Bayu Aktami Mohon Tunggu... Dosen - *

*

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila sebagai Akal Sehat: Tanpa Akal Sehat, Maka Politik Tanpa Etika

26 Juni 2019   17:06 Diperbarui: 26 Juni 2019   17:21 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam rasionalitas (yang bersifat logis) implisit di dalamnya suatu yang sosial (yang bersifat etis-empatis). Upaya membuat rumusan yang logis adalah upaya sosial oleh sebab dorongan empatis, yaitu: kesadaran bahwa manusia tidak hidup sendiri. Hidup rasional sekaligus hidup sosial atau etis berarti hidup dialogis-logis sekaligus empatis.

Hidup sosial adalah hidup berpolis. Esensi hidup berpolis adalah melakukan tindakan komunikatif di dalam polis (negara). Tindakan komunikatif haruslah rasional dan etis. Esensi etis adalah dialogis: dialog yang logis sekaligus etis. Rasionalitas sedemikian haruslah berbasis kepada solidaritas-puitik yang bersifat empatis (etis).

Bertindak adalah suatu keharusan bagi manusia sebagai makhluk yang mengada-di-dunia. Tindakan adalah realisasi dari potensi manusia sebagai makhluk yang berpolis. Manusia hidup dalam struktur interaksi kenegaraan dengan orang lain. Tidak ada ruang hidup di dunia ini yang tidak distrukturkan oleh negara.

Pancasila adalah dasar filosofis dari realisasi sebuah negara yang disebut dengan Indonesia. Ia bersifat filosofis karena pancasila adalah sebuah proses refleksi dari akal-budi manusia yang hidup dalam suatu faktisitas dunia yang disebut dengan nusantara (cikal bakal dari negara yang bernama Indonesia). Realitas sejarah nusantara (terutama sejarah nasionalisme Indonesia modern) membentuk dasar berpikir dari manusia Indonesia.

Dalam hal ini, Pancasila adalah prinsip logis sekaligus etis-empatis dari akal-sehat bangsa Indonesia. Sebagai sebuah akal sehat, ia selalu berbasis kepada solidaritas (persatuan kemanusiaan). Persatuan kemanusiaan ini wujud dalam bentuk dialog yang setara, adil dan rasional. Naik ke atas, dialog persatuan kemanusiaan ini akan bersifat lebih intuitif-religius (pembebasan spiritual). Turun ke bawah, dialog ini akan lebih menimbang kesejahteraan (kecukupan material) dalam hidup bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun