Sering kita tau atau kita lihat ondel-ondel  adalah sebuah boneka besar yang dibuat dari anyaman bambu yang di siapkan oleh si pembuat sehingga mudah di pikul dari dalamnya, dan bagian wajah ondel-ondel  dibuat dari topeng dengan rambut kepala dibuat dari ijuk dan dengan hiasan kembang kelapa yang berwarna warni, dan adapun jenis dari ondel-ondel ini ada dua macam : pertama ondel-ondel pria indetik berwarna merah dengan mata melotor, garis rahang yang tegas, beralis tebal, lengkap dengan kumis yang lebat, sedangkan ondel-ondel wanita umumnya dicat putih dilengkapi dengan hidung yang agak memanjang dan ujung yang lebih lembut, dagunya sedikit lebih panjang dan membulat, bibirnya tipis, mata indah dengan bulu mata tebal, serta sedikit perona pipi.
Nah adapun asal usulnya ondel-ondel ini hanya diperlukan untuk upacara, bentuknya yang raksasa dianggap memiliki kekuatan magis untuk mengusir roh-roh jahat, menangkal wabah dan marabahaya yang mengancam. Seiring berjalannya waktu ondel-ondel kian digunakan untuk acara perkawinan, khitanan dan acara budaya lainnya.
Menurut pengamat ondel-ondel sekaligus pemerhati budaya betawi "Ahmad Suaip" menceritakan bahwa ondel-ondel muncul di Batavia pada abad ke 16 dan menurut W.Scoot dalam buku yang ditulisnya  ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605 namun, karena perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi sebagai sesuatu yang asing. Sehingga bentuk penyampaian lisan maupun tulisan hanya berupa gambaran-gambaran secara kasat mata saja dan mengambil istilah-istilah yang relevan dengan bahasa bangsanya. Musik pengiring ondel-ondel tidak menentu tergantung kebiasaan masing-masing rombongan ada yang memakai : tanjidor, gambang, rebana, ketimpring dan lain lain.
Di era sekarang ondel-ondel seperti bukan lagi budaya betawi yang dihormati karna banyak yang menyalah gunakannya untuk kepentingan sendiri. Ondel-onde adalah budaya yang unik yang harus dilestarikan dengan cara yang benar, karna sampai saat ini budaya ondel-ondel terlalu terekspose sampai-sampai mengurangi nilai budaya itu sendiri. Dan kita sebagai generasi penerus budaya harus menjaganya agar tidak punah dimakan zaman, bukan hanya budaya betawi tetapi semua budaya yang ada di negeri Indonesia ini