Anak diajarkan untuk memiliki nilai-nilai sosial, saling tolong-menolong (anak melihat benda temannya yang jatuh, kemudian si anak memberikan benda tersebut kepada temannya), bersikap empati (anak-anak menjadi hening ketika melihat temannya yang sedang menangis), budaya antre (anak bergantian saat bersalaman dengan guru), dan hidup dalam ketentraman (tidak berebut permainan saat bermain, dalam arti mau bergantian).
Kognitif
Seorang anak usia dini, pasti butuh asupan pengetahuan karena sejatinya memori otaknya masih kosong. Dengan terisinya pengetahuan, anak dapat menganalisis sekaligus menginterpretasikan suatu kejadian atau pun peristiwa yang dihadapinya guna menunjukkan perilaku apa yang akan dilakukan.
Maka dari itu, anak mulai diberikan pengetahuan-pengetahuan umum. Seperti pengetahuan dasar, membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi, tidak langsung untuk menyuruh anak untuk memahami cara mengeja suatu kata karena kita menyadari bahwa ini adalah anak-anak, anak usia.
Lantas bagaimana memberikan pengetahuan kepada anak usia dini? Dengan cara kita bercerita atau menarasikan suatu pengetahuan kepada anak usia dini. Sebab berdasarkan penelitian, materi pembelajaran akan lebih mudah diserap oleh peserta didik apabila diceritakan atau didengar ketimbang membaca.
Hal ini disebabkan oleh penutur pengetahuan (guru) telah menyederhanakan suatu bacaan tentang pengetahuan untuk dapat dipahami oleh peserta didik dengan sangat mudah dan sederhana.Â
Misalnya, kita akan memberikan pengetahuan mengenai tanaman obat. Tentu kita akan menyediakan suatu media pembelajaran, berupa jenis tanaman obat sehingga anak dapat mengidentifikasi bentuk, ciri khas dari pada suatu jenis tanaman obat.
Bahasa
Anak akan diberikan suatu pemahaman mengenai keaksaraan awal, baik berupa huruf alfabet dan angka. Dalam praktiknya pun harus dijalankan dengan berjenjang, tidak harus 26 alfabet diberikan dalam waktu yang sama. Jadi, hari Senin akan mempelajari 6 huruf alfabet pertama, begitupun di hari berikutnya.
Tak hanya pemahaman huruf alfabet dan angka, anak juga dituntut untuk dapat menuliskan suatu huruf alfabet dan angka melalui media pembelajaran menebali titik-titik. Ini pun masuk ke dalam ranah fisik motorik.