Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gak Ada Hobi yang Gagal, Hobi Menghasilkan Rupiah yang Ada

8 Februari 2021   13:40 Diperbarui: 8 Februari 2021   13:51 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lidah mertua, bulu ayam (dokpri)

Konsisten adalah kunci awal keberhasilan menjalankan hobi. Sebab gak ada hobi itu gagal. Gagal jalani hobi. Yang ada, kita gagal mengonsistenkan pilihan hobi yang telah diambil.

Pada dasarnya, hobi bukan ajang ikut-ikutan maupun gaya-gayaan. Hobi itu muncul layaknya nurani. Kita cinta pada objek hobi yang mana? Barulah kita konsisten padanya.

Saya contohkan, hobi saya saja. Saya menyukai tanaman hias. Sejak 2013 sudah gemar menanam. Bukan saham yang saya tanam, tapi tanaman. Itulah mengapa saya keheranan, kok bukan saham yang saya tanam?

Awalnya saya menanam tanaman hias bunga. Mawar, melati, kenanga (baca: bukan kenangan), anggrek, kamboja (adenium), dan matahari. Saya sering terluka. Benar kata remaja dulu, bahwa wanita yang dijuluki mawar, sangat membuat hati kita tersayat, perih karena luka. Duri-duri yang tajam dan runcing.

Lain cerita dengan anggrek. Menunggu dia berbunga saja lama sekali. Itupun kalau sampai berbunga, bila kemudian mati karena tidak cocok dengan lingkungan sekitar. Rugilah saya. Harganya mahal, kemolekannya pun belum tampak.

Pucuk merah, puring, bunot (dokpri)
Pucuk merah, puring, bunot (dokpri)
Akhirnya, banting setir. Tanaman hias daun. Toh gak kalah menarik. Untung masih sebangsa dengan tanam-menanam tanaman hias. Bayangkan kalau kucing. Apa harus pindah memelihara kucing garong? Gak sanggup membayangkan.

Koleksi tanaman hias yang saya miliki cukup banyak. Ada bulu ayam, aglonema, keladi, kaktus, pucuk merah, puring, dan sebagainya. Dulu belinya hanya satu pot atau polybag. Harganya waktu itu masih dua ribu rupiah untuk bulu ayam, aglonemanya waktu itu masih potongan batang (merawat dari nol) sepanjang tiga sentimeter, pucuk merah seharga 12 ribu dengan tinggi 35 sentimeter, puring juga masih angka tiga ribu, dan keladi itu juga beli kayaknya. Kok lupa ya. 

Aglonema, bunga gantung (coklat), bulu ayam (dokpri)
Aglonema, bunga gantung (coklat), bulu ayam (dokpri)
Setelah penuh perawatan dan melihat potensi peluang suatu bisnis (baca: keuntungan). Maka saya coba masuk ke penjual bunga, menjajakan beberapa tanaman hias daun. Ternyata diacece.

Membudidayakan tanaman hias daun, seperti aglonema, bulu ayam, dan pucuk merah itu gampang-gampang susah. Apalagi proses pemindahan ukuran polybag. Kadang suka stress, daunnya menguning kemudian mati. 

Disinilah ujian kesabaran. Hobi juga butuh kesabaran.

Tanaman yang kelihatannya layu dan tak berdaun karena stress, kadang dia semi kembali. Walau lama prosesnya, tapi ini nikmat yang saya rasakan atas penantian panjang. Jangan langsung dibuang. Biarkan. Sisihkan di tempat lain, mungkin gak krasan. Jadi suka ngambek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun