Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jaran Kencak, Warisan Leluhur Bumi Arya Wiraraja

4 Agustus 2020   06:47 Diperbarui: 4 Agustus 2020   06:41 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Jaran Kencak SDN Sumberejo 1 Lumajang pada Harja | Edited: Bara Mas Yudra

Salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur yang terkenal dengan wisata alam Bromo Tengger Semeru yakni Lumajang. Sebutan lain dari Lumajang adalah bumi Arya Wiraraja. Nama Arya Wiraraja sendiri mengartikan penguasa/raja pada masa Majapahit yang berada di bumi Lumajang kala itu bernama Lamajang. Bumi Lumajang yang telah ada sejak periode kerajaan Majapahit menyimpan banyak warisan. Salah satunya, jaran kencak.

Selain itu, Lumajang memiliki panorama alam yang menakjubkan. Lumajang juga memiliki warisan budaya yakni jaran kencak, batik Lumajang, dan tradisi masyarakat suku Tengger. 

Oh ya, kalian sudah ke Lumajang? Apa, nggak pernah? Piye toh kok ora entok nyang Lumajang? Lumajang itu sangat kaya, wisata alamnya jempolan apalagi wisata budayanya wich keren bingits. Penasaran pastinya nih yeh? Yuk simak penjelasan Bara yah. Tapi, Bara cuman jelasin budaya Lumajang kalo wisata alamnya tinggal googling aja.

Budaya Lumajang yang hingga kini masih eksis dan cukup banyak penggemarnya yakni jaran kencak. Ada yang tahu kenapa namanya jaran kencak ya? Bukan jaran goyang lho, ya. Jaran kencak adalah budaya asli Lumajang sejak ratusan tahun lalu yang masih dipelihara dengan baik dan ajek.

Lumajang sendiri sudah lahir semenjak zaman kerajaan hindu buddha yang terkenal dengan adanya adipati Arya Wiraraja sebagai bupati waktu itu. Jika dikalkulasi hingga hari ini Lumajang sudah menginjak usia ke 764 tahun (disebut Harjalu yang perayaannya dilaksanakan di setiap bulan Desember). 

Jaran kencak sendiri adalah budaya wajib yang selalu menghiasi parade budaya saat Harjalu berlangsung. Awal mula tercetusnya nama budaya jaran kencak adalah segerombolan kuda yang aktif  bergerak yang dalam bahasa Jawa  diartikan sebagai jaran kencak, jaran yang selalu kencak.

Jaran kencak bukan sebatas parade kuda yang dipertontonkan pada sepanjang jalan melainkan suatu parade yang mendandani kuda sebagai aktor utama dengan sangat cantik dan mewah sehingga menarik untuk dilihat. Istilah lain yang digunakan oleh masyarakat Lumajang adalan jeren kleneng. 

Jaran kencak adalah budaya mengarak kuda yang telah dirias dengan ornamen khusus budaya yang menyertai jaran kencak sendiri. Selain para kuda yang dirias juga para pawang kuda yang menemani setiap kuda dalam parade turut dirias dan umumnya adalah seorang laki-laki, baik usia muda maupun dewasa.

Biasanya jaran kencak berkolaborasi dengan reog. Apa nggak salah tuh? Padahal reog sendiri merupakan budaya asli Ponorogo, tapi di Lumajang reog berbaur dengan jaran kencak dalam setiap pertunjukan atau pentas budaya. 

Entah asal mulanya bagaimana, tapi ini fakta budaya Lumajang. Sebab sanggar budaya reog di Lumajang sangat banyak diantaranya sanggar reog yang terkenal yakni Sanggar Reog Pak Sokip, Sanggar Reog Gembong Bawono, Sanggar Reog Gajah Mungkur, dan lainnya. 

Jaran kencak selalu menyertai pertunjukan reog karena kebanyakan para pemilik sanggar reog mengaplikasikan jaran kencak sehingga jaran kencak juga dimiliki oleh pemilik sanggar reog di Lumajang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun