Mohon tunggu...
Syamsumarlin  B
Syamsumarlin B Mohon Tunggu... Guru - Menebar salam, cinta kedamaian

Pangbaluk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Potret Pendidikan Toleransi di Tana Toraja (Studi Peran Pergerakan Persyarikatan Muhammadiyah Tana Toraja, Sulawesi Selatan)

1 Februari 2018   13:25 Diperbarui: 1 Februari 2018   13:36 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan

Disamping pengakuan diatas, Muhammadiyah Tana Toraja juga telah memiliki amal usaha dalam bidang pendidikan yang mulai dari Taman Kanak-Kanak  Aisyiyah yang disebut  TK ABA sampai pada tingkat MA/SMA/SMK. Menariknya SMP/MTs dan MA/SMA/SMK Muhammadiyah Tana Toraja terintegrasi kedalam lingkungan pondok pesantren yang berada pada Kabupaten mayoritas non Muslim, bahkan persis di sebelah selatan pondok terdapat beberapa gereja. Salah satu di antaranya adalah gereja besar yang memiliki lembaga pendidikan. Gereja itu masuk denominasi Advent. Tak jauh di depan pondok, di seberang jalan di sebelah barat, kampus Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Tana Toraja didirikan. Sampai saat ini, akses jalan di pondok pesantren menuju gedung di bagian paling belakang atau paling timur adalah milik warga yang beragama Kristen. Sementara itu, di sebelah timur, pondok berdiri komplek pendidikan Katolik yang dilengkapi dengan sarana rumah ibadah. Kehadiran sejumlah lembaga pendidikan dengan ciri keagamaan yang berbeda itu mewarnai lingkungan sekitar pondok. Pesantren ini juga merupakan pesantren pertama dan satu-satunya yang dimiliki oleh ormas Islam yang ada di Toraja.

 

Pemukiman di sekitar pondok umumnya didiami oleh penduduk asli setempat suku bangsa Toraja. Mereka terdiri dari penganut agama Islam, Katolik, dan Kristen. Banyak di antara penduduk yang menganut agama yang berbeda itu masih mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Salah seorang penduduk setempat (Mathius Rande, 72) menuturkan bahwa ia dan isterinya adalah pemeluk agama Kristen, tetapi dua di antara kakak isterinya menganut agama Islam. Ada juga di antara keluarga dekatnya yang menganut agama Hindu, yang semula dikenal sebagai penganut kepercayaan Aluk Todolo. Dalam berbagai kesempatan acara keluarga tiga macam penganut agama itu bertemu. Hal semacam ini sangat lazim di Tana Toraja dan dialami oleh banyak keluarga.

 

Muhammadiyah Tana Toraja dalam menjaga hubungan harmonis antar umat beragama pada Sabtu, 28 Oktober 2017 menggelar seminar pendidikan antar umat beragama, di Kompleks Ponpes Pembangunan Muhammadiyah Tana Toraja. Menurut Kiai Zainal Muttaqin (Mudir Pesantren), seminar ini terselenggara berangkat dari kegelisan tentang keadaan negara. Negara yang kita tahu mengedepankan kebersamaan, menurutnya, akhir-akhir ini sering terjadi bentrokan, "Jika perbedaan antar sesama beragama ada dalilnya, lebih-lebih antar beda agamapun ada dalilnya, sehingga seharusnya, perbedaan itu menjadi rahmat, bukan menjadi perbedaan yang harus dibentrokkan dalam negara yang dari dulu sangat toleransi dengan keberagaman dan kemajemukan di negara kita ini," tambahnya.[14] Seminar ini mendatangkan pemateri bukan hanya dari kalangan muslim tetapi juga dari non Muslim, seperti Bupati Tana Toraja, Ketua Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja (STAKN), Kepala Kemenag Sulsel, Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sulsel, termasuk dekan Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar, Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I dan Prof. Dr. H. Khaeruddin Basori, M.Psi (Wakil Ketua LP2M Pimpinan Pusat Muhammadiyah).

 


 Ketua LP2M PW Muhammadiyah Sulsel, Drs. H. Husni Yunus M.Pd juga mengharapkan acara tersebut berlangsung dengan baik yang diikuti semua golongan baik guru, sekolah Islam, Kristen, serta pengurus Masjid, Gereja dan tokoh masyarakat. "Seminar ini diharapkan akan merumuskan konsep model pendidikan integrasi pendidikan yang universal dan menjadikan model pendidikan karakter sebagai ruh pembinaan pada masyarakat,"[15]

 

Selain itu peran para anggota terutama pimpinan Muhammadiyah Toraja dalam menjaga keharmonisan hubungan sesama manusia juga sangat vital, terbukti pernah ada mantan ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang mencalonkan Bupati Tana Toraja bahkan berpasangan dengan Pendeta, meskipun waktu itu mereka kalah dalam pilkada, selanjutnya salah satu kader sekaligus pimpinan Muhammadiyah juga berkiprah sebagai Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tana Toraja, bahkan menurut Abdul Rahman Pak Herman sekarang menjadi ketuanya, salah satu tugasnya adalah bagaimana merawat Toleransi antara sesama.[16] Tentu dengan kondisi dan situasi seperti diatas peran dan kontribusi Muhammadiyah Tana Toraja dalam menjaga hubungan antara sesama agar tetap harmonis sangat diutamakan. Olehnya itu pada penelitian ini akan jauh meneliti tentang Peran Persyarikatan Muhammadiyah terhadap Pendidikan Toleransi di Tana Toraja.

 
  
 

[1] Diseminasi hasil survey Nasional Pusat Pengkajian Isalam dan Masyarakat (PPIM) 2017 UIN Jakarta, disampaikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu, 20 Desember 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun