Mohon tunggu...
Bas OK
Bas OK Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Sejati

penulis lepas dari berbagai keteraturan baku

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tantangan Mimpi Besar Sang Maestro Olahraga Negeri Seribu Megalit

2 Mei 2023   07:00 Diperbarui: 2 Mei 2023   13:25 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barnabas Loinang bersama Pak Presiden

Sulteng Emas lahir menjawab kegamangan prestasi Provinsi Sulteng di kancah PON yang bertengger di papan bawah. Sulteng Emas lahir untuk mendobrak prestasi olahraga Sulteng yang selama enam decade, tidak pernah tembus papan tengah apalagi papan atas di kancah PON.

Gubernur Sulteng membentuk Sulteng Emas dengan tujuan pasti, masuk 10 besar PON 2024 dengan perolehan minimal 10 medali emas. Sulteng Emas menggunakan dana sponsorship. 

Sulteng Emas ini adalah jalan pintas mencapai prestasi dengan memangkas pembinaan berjenjang atau jangka panjang, yang memang tidak ada di Sulteng.

Memang Sulteng Emas saat ini bisa memutasi atlet potensi emas seperti Azzahra, Joe Aditya, Glenn Victor, I Gede Simen. Semua itu atlet peraih emas PON Papua dan mewakili Indonesia ajang SEA Games 2023 Kamboja sekarang.

Tapi jika, Pembinaan berjenjang sudah ada melalui Perda, saya juga sangat yakin, Sulteng Emas kembali ke marwah sesungguhnya yang dicetuskan Nizar Rahmatu : Pelatnasnya Atlet Sulteng.

Mewujudkan satu berkeping-keping emas di PON tanpa pembinaan berjenjang itu mustahil. Sudah terbukti berapa decade Sulteng mengikuti PON dari tahun 1957 hingga sekarang pun paling banyak hanya menelorkan 2 emas.

Butuh waktu lama seorang atlet agar bisa menjadi atlet prestasi emas, yang bisa dimulai dari pembinaan usia dini. Jika berkaca dengan prestasi Yorry, ia butuh waktu 4 tahun paling singkat mendobrak prestasinya dari perunggu PON 1992 menjadi 2 emas PON 1996 dan 2 emas PON 2000.

Di Jawa Barat, penjaringan mereka meski terkesan curang, mereka menjaring atlet terbaik di Indonesia dengan sistem kontrak atau mutasi. Dengan cara itu, Jawa Barat tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra pembinaan dari usia dini.

Nyatanya kasus mutasi ini bukan hanya di Jabar, tapi seluruh Provinsi di Indonesia bahkan Papua selaku tuan rumah PON yang banyak mengontrak atlet DKI.

Namun setidaknya, daerah yang sudah ada pembinaan berjenjangnya, mereka mudah mengatur masa depan olahraga mereka sendiri. Tanpa susah payah seperti di Sulteng yang atletnya harus mencangkul di tanah sendiri.

Perlunya Sentuhan Politik Anggaran, dan Sinergitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun