Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dear Admin, Cara Kalian Basi dan Gak Asik Ah

20 Maret 2014   04:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:43 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bukan, bukan dari kelemahan sistem yang sering maintenance.

Hal itu sesuatu yang wajar, karena memang suatu sistem yang ada kelemahan dan selalu berkembang butuh perbaikan, penyempurnaan dan minimal perawatan.

Bukan juga kelewatan moderasi admin, yang tentu saja perlu peran Kompasianer untuk membantu. Semisal, ada konten SARA, pornografi, iklan, spam atau lain hal yang "bisa jadi" lolos dari perhatian. Membantu pelaporan ke admin untuk ditunggu tindak lanjutnya.

Namun kata "bisa jadi" sendiri memang seringkali tanda kutip. Jadi tanda kutip karena memang dengan mengambil asumsi bahwa admin adalah orang orang yang pintar, kalian sengaja membiarkan artikel yang SARA, porno lewat dari perhatian. Kalau yang ngiklan? Wuih, biar kata iklan kecil aja langsung bakal kedeteksi. Gak bayar resmi jangan harap bisa ngiklan disini. Bukan begitu?

Tapi buat artikel yang emang berpotensi kontroversi, kalian sengaja membiarkan. Nunggu, supaya yang ngeklik ramai, hampir saling bunuh bunuhan dulu baru deh artikel tersebut "diturunkan".  Okelah kalau ada artikel dengan penilaian bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda ditayangkan sebagai trending article ataupun HL. Disitu kita masih bisa belajar untuk menyalurkan pendapat secara lugas, dan saat yang sama bisa bisa belajar untuk menerima pendapat yang berbeda.

Tapi sepertinya niatan itu sudah kabur di diri admin Kompasiana atau jajaran manajemennya sendiri? Anda tidak sedang memfasilitasi suatu perbedaan pendapat, melainkan memang dengan sengaja membenturkan masing masing Kompasianer dengan satu tujuan murahan : hit rate, ranking.


Apa dasarnya saya pribadi "menuduh" seperti itu? Karena kian hari semakin banyak artikel yang sebetulnya melalui dasar TOC yang saya perlu ingatkan kembali anda buat sendiri  pun sudah dilanggar, tetap saja nekat ditayangkan.  Kalau memang begini cara main yang di "halalkan" oleh Kompasiana pada saat ini, ya fungsi Kompasiana sebagai salah satu wadah pembelajaran demokrasi sudah berubah.

Kompasiana adalah pengadu domba. Paling anda akan bilang , " Ya salahnya sendiri pada berantem sendiri !" Kalau gak suka ya gak usah di klik. Betul, tapi aturan itu hanya berlaku apabila artikel yang ditayangkan sendiri tidak melanggar TOC. Kalau sudah melanggar tetap nekat ditayangkan bahkan masuk TA atau HL agar supaya memancing kerusuhan ( yang berarti pengunjung banyak)?

Anda jadi murahan.

Kalau punya prinsip volume yang dikejar, bukan lagi content quality, ya terus terang saja differensiasi anda dengan produk sejenis yang merupakan market leader sudah tidak ada lagi. User experience yang mau anda jual sudah tidak konsisten lagi.

Jangan terlalu MBO lah... punya idealisme sedikit, seperti sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun