Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Reformasi Agraria di RUU yang Baru?

13 Oktober 2020   15:37 Diperbarui: 13 Oktober 2020   15:42 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Gak hanya tentang Buruh, sejatinya banyak pertanyaan tentang RUU Agraria nya didalam yang sedikit rawan.

Emangnya udah baca sebelum nulis? Sudah dan gak perlu baca semua lah. Fokus aja dengan apa yang jadi perhatian dulu aja.

Dimana saat ini jadi rancu saat mendukung investasi asing atau negara berarti kudu pasrah bongkok dengan apa yang ditetapkan negara?

Dukung investasi bukan berarti kemudian menyerahkan begitu saja hak kepemilikan tanah "Demi Kepentingan Yang Lebih Besar". Contoh nih gini :

Rumahmu ternyata diminati investor asing mau buat kolam lele dan dia mau buat pabrik pengalengan lele buat ekspor.  Bukan pasar dalam negeri, tapi ekspor ya? Catet.

Investasi gede tapi ga padat karya karena mesin industri otomasi dari hulu ke .  Sebagai CSR daerah ya paling 5% sekurangnya daerah itu kudu jadi "padat karya umkm"

Kalian korporasi ngerti kan skema ini?

Hanya 5 % aja minimal untuk UKM UMKM sementara investor asing ga diwajibkan untuk nyerap tenaga kerja sebanyak banyaknya kok.

Perhitungannya adalah DIMUDAHKAN untuk investasi.

Kita  nyaman nanem pisang, bisa memperkerjakan tetangga mbangun deso rame rame, meski ada sedikit dimakan bareng, pas ga  ada ya laper bareng, tapi damai.

Nah sekarang diminta untuk menyerahkan lahan bondo sepolo mu dan tempat tetanggamu bekerja untuk "kepentingan lebih besar".

"Tapi kan di ganti rugi dan untuk kepentingan yang lebih besar? Ini demi negara kok" 

Iyo. Cuman kalo ga mau situ kok maksa? Saya nyaman nanem pisang kok. Bukan mau jual tanah buat Lele.com company.

Bos, nyuwun sewu jangan dianggep semua orang enggak baca,  atau punya know how manufaktur jadi ngerti gimana nonsense nya padat karya yang dijanjikan---  dengan teknologi sekarang  dimana skg kebanyakan automasi.

Nah kebetulan lagi punya temen ngebir yang mudeng pergerakan reformasi UU Agraria dan temen ngaji bandel  suka belain kepentingan wong cilik. Jika bersama nyalain tanda bahaya Om...

Mau yg lebih singkat lagi? Anda diminta nyerahin tanah dan rumah, untuk suatu kerjaan dari investasi asing dimana rapor negaramu bisa kliatan keren dan ramah sama orang asing tapi km dan tetanggamu kudu puter otak tiap bulan jualan onde onde dan nerima jahitan merchandise  program CSR Pabrik supaya terlihat gembira dan kerja, padahal tadinya njenengan itu  tuan tanah gemah ripah loh jinawi.

Nuswantara ini.

Dan untuk memuluskan jalan kesana, anda dan tetangga di kacau pengelihatannya dengan soal 01-02 an lagi  yang sejatinya, ini bukanlah persoalan yang sebenernya, setelah di pressure dulu dengan problem Covid 19 yang cukup nguras tenaga.

"Halah, kamu dijak maju gak mau"

Yoben.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun