Feodalisme seakan menjadi hal yang sudah lumrah terjadi dan mengakar kuat dalam tubuh sebuah organisasi. Ada yang menganggap bahwa feodal memang harus diterapkan, namun tidak sedikit yang beranggapan bahwa hal tersebut sudah barang 'jadul'. Apalagi di tengah arus perubahan yang terjadi belakangan ini.
Perubahan adalah keniscayaan. Budaya organisasi pun dituntut adaptif terhadap perubahan. Digalakkannya reformasi birokrasi menjadi salah satu solusi untuk menjawab kegamangan atas perubahan yang dimotori oleh kemajuan teknologi. Namun tak sedikit yang masih berpikir pola lama sehingga benturan pendapat masih sering dijumpai.
***
Saya sedikit akan membahas tentang perilaku perubahan seorang pejabat, sebut saja namanya Fulan. Saya takut menyebut nama Beliau, walaupun ini menjadi contoh baik dalam sebuah budaya organisasi. Jangan sampai ada yang mengatakan saya 'menjilat' dan punya niat ingin dipuji atau mengincar sebuah jabatan. Sebenarnya, ini hanya satu contoh saja dari banyak pejabat yang saya kenal dengan perilaku yang tidak lagi kaku.
.
Saat itu, Fulan sedang memimpin rapat. Tetiba seorang Ibu melangkah masuk ke dalam ruangan. Kedua tangannya membawa tas kresek ukuran jumbo. Belum menyentuh ruang rapat, Fulan yang melihatnya - Â langsung menyela rapat dan berdiri, kemudian menuju pintu masuk. Dan apa gerangan yang terjadi?Â
Jreng... jreng.. jreng...
 Fulan berjalan masuk ruangan dengan menenteng kresekan plastik sembari membantu Ibu itu yang ternyata adalah staf Si Fulan.
.
What? Nggak salah coy? Masa seorang pimpinan rela mengangkat kresekan berisi makanan yang akan dibagikan buat anak buahnya? Biasanya kan tinggal angkat jemari terus nunjuk, ok, selesai. Tanpa harus terjun langsung membantu, bahkan di tengah -- tengah acara rapat yang dipimpinnya. Gile bener.Â
Angkat tas kresek berisi dus makanan?Â