Fantastic 4 akhirnya rilis di bioskop beberapa hari yang lalu, film ini menjadi salah satu film yang banyak dinanti-nantikan banyak orang karena keluarga super ini terakhir hadir dalam film live action pada tahun 2015 lalu, yang hasilnya kurang memuaskan secara kritik atau pendapatan.Â
Jadi sudah sewajarnya banyak orang menantikan Fantastic 4: First Step tahun ini ditambah film ini menjadi film pertama yang memulai phase 6 MCU.Â
Saya sendiri merasa puas dengan film ini, konsep mereka dengan mengambil latar tempat di earth berbeda dari earth tempat semesta MCU berada seperti memberi kebebasan untuk film ini mengeksplorasi dunia dan ceritnya sendiri, tanpa harus pusing memikirkan bagaimana cara untuk membuat cerita yang berkelanjutan di earth yang sudah berjalan.
Di sini kita tidak lagi dijelaskan panjang lebar bagaimana mereka berempat bisa mendapat kekuatan super sampai mendapat panggilan Fantastic 4, tetapi perkenalannya disampaikan secara singkat melalui video dokumenter tentang perjalanan mereka ke luar angkasa. Cara ini terbilang hampir mirip dengan film Superman, tidak ada lagi penjelasan bagaimana mereka bisa menjadi, belajar, dan membentuk jati diri superheronya. Di film ini mereka sudah menjadi Fantastic 4 yang sudah terbiasa menggunakan kekuatannya, bahkan sudah dicintai masyarakat bumi.
Secara cerita film ini terbilang serius dengan masalah yang tidak terlalu kompleks, tetapi cukup membuat kita sebagai penonton ikut bingung juga bagaimana menyelesaikan masalah yang ada. Tidak ada jokes yang terkesan dipaksakan untuk membuat suasana menjadi lucu selayaknya film MCU sebelum-sebelumnya, mungkin ada beberapa celetukan saja yang keluar dari Johnny Storm sesuai dengan karakternya.
Mereka berempat juga mendapat porsi yang pas pada filmnya, tidak ada karakter yang terasa hadir supaya ada saja. Tetapi mereka memang mendapat perannya masing-masing, sehingga memang sesuai rasanya menjadi sebuah keluarga karena mereka semua saling melengkapi satu sama lain.
Sebagai keluarga, chemistry mereka bisa dibilang klop satu sama lainnya. Hanya saja, chemistry tersebut agak terasa kurang jika dilihat dalam adegan fight scenenya karena mereka masih terasa bertarung dengan kekuatannya masing-masing, tanpa ada komunikasi atau kombinasi yang benar-benar terasa kalau mereka sudah bertarung bersama dalam waktu yang lama.
Seperti yang sudah ditampilkan di trailer dan media promosi filmnya, villain utama di film ini adalah Galactus. Yang setahu saya pertama kali tampil secara live action dan langsung sukses memberi gambaran bagaimana kengeriannya sebagai salah satu villain terkuat di Marvel. Bukan hanya berhasil digambarkan dengan ukuran yang besar, Galactus juga di sini memiliki aura villain yang kuat, terasa tidak terkalahkan, dan memang bukan tandingan bagi Fantastic 4.
Dari segi scoring saya merasa masih tidak ada yang terlalu menonjol, padahal bisa saja ketika Galactus muncul ada scoring khusus yang makin mendukung kengerian dari sang villain utama. Pun dengan suasana 80-an yang dimiliki filmnya tidak dimaksimalkan dengan baik, mungkin akan lebih memorable jika ada musik pada tahun tersebut yang dimainkan untuk memberi kesan kuat pada latar waktu yang diambil.Â
Secara keseluruhan, filmnya sangat layak dinikmati terutama di bioskop. Secara cerita bisa saya bilang ini salah satu yang terbaik setelah Guardian of the Galaxy Vol. 3 dan Thunderbolts karena sebelumnya hampir semua cerita film MCU terasa seperti template dan tidak ada yang spesial seperti berupaya hanya mengandalkan cameo untuk mendukung nostalgia atau antusias sesaat penonton.