Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tiga Hari Menjelang Lebaran

9 April 2024   11:37 Diperbarui: 9 April 2024   11:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto diambil dari inc.com 

Masih teramat membekas dalam ingatanku kejadian yang cukup memilukan sekitar puluhan tahun yang lalu. Rasa trauma yang sampai sekarang masih terus menghantuiku.

Ceritanya begini...

Tiga hari menjelang lebaran, aku dan dua temanku (kita sebut saja si A dan B) mereka kakak beradik yang beda usia terpaut satu tahun. Kala itu usia kami sekitar 17 tahunan dan adiknya 16 tahun. Kalau itu kami sepakat pergi berenang di sungai menkelang buka puasa. Tapi, kajadian tersebut menjadi momen terakhirku bertemu dengan mereka.

Hubungan pertemananku dengan si A dan B cukup dekat. Selain masih tinggal bertetangga, kami juga satu sekolahan yang sama. Setiap menjelang Lebaran, kami sudah mengatur rencana untuk merayakan hari Raya bersama-sama. Keliling kota naik becak smabil bawa tembakan air. Meski sesungguhnya aku tidak merayakan Hari Raya karena aku Kristen. Tapi, toleransi di kampungku sangat tinggi kala itu.

Demi memiliki baju baru di hari raya, aku rela membujuk orangtuaku agar dibelikan baju Lebaran untuk dipakai saat Lebaran. Meski sudah di marahi berkali-kali tapi dengan isak tangis Bombay aku berusaha merayu ibu agar membelikan aku baju baru minimal satu pasang saja.

Mungkin karena tidak tega melihat aku yang terus-terusan menangis, ibu luluh juga dan mengajakku pergi ke kota untuk mmebeli baju baru. Setelah mendapatkan baju baru, aku yang kala itu masih duduk dibangku SD menceritakan ke A dan B perihal baju baruku. Kami sepakat akan memakai baju baru di lebaran pertama.

Memasuki Hari Raya, aku sudah tidak sabar menunggu kedua temanku pulang sholat Ied agar kami bisa pergi bareng-bareng keliling kota dengan baju baru kami. Biasanya, saat lebaran, kami akan naik becak mesin beramai-ramai (satu becak bisa mengangkut 5 sampai 8 anak-anak). Di becak yang melaju kami sudah menyiapkan pistol air yang diisi air berwarna. Setiap berpapasan dengan siapa saja di jalan, kami menyerang mereka dengan pinstol air. Begitu juga sebaliknya, orang yang kami tembaki itu pun membalas dengan tembakan air berwarna juga. Tidak heran kalau pulang ke rumah baju baru sudah berubah wujud menjadi seperti baju compang camping. Kotor dan dekil penuh warna.

Tak pelak, ibuku langsung "bertanduk" memarahiku. Tangannya langsung mendaratkan jeweran ke paha dan tanganku. Isak tangis pun bergema. Kali ini bukan karena merengek minta baju baru melainkan karena baju baru yang baru dipakai sudah porak poranda penuh warna dan kotor.

Setiap bulan Ramadahn dan menjelang Hari Raya, aku, A dan B memang selalu punya kisah yang sangat seru yang akan kami ingat-ingat kembali setiap kali menjelang lebaran. Kejadian Lebaran tahun lalu menjadi bahan tawa kami memasuki Lebaran berikutnya. Begitu terus menerus hingga kami beranjak remaja.

Memasuki usia remaja, kami masih melakukan ritual yang sama. Menyambut bulan Ramadahn dan Hari Raya dengan sukacita. Memasuki usia puber momen kami pun berubah. Di bulan Ramadhan, saat menunggu berbuka puasa, biasanya kami pergi mincing atau berenang di sungai yang lokasinya tidak jauh dari rumah A dan B.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun