Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Kehidupan Desa Suku Baduy

7 April 2020   13:26 Diperbarui: 7 April 2020   13:56 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan ke Desa suku Baduy ini sebenarnya sudah aku lakukan dipenghujung tahun 2019 lalu, persis beberapa hari beleum pergantian tahun. 

Namun, karena kesibukan pekerjaan yang padat merayap, akhirnya keinginan untuk menulis kisah ini pun maju mundur cantik penyelesaiannya. Sampai akhirnya, gara-gara wabah Virus Covid 19, yang memporak porandakan agenda kesibukan dan membatalkan banyak pekerjaan dan juga memakasa aku untuk Stay Home dan Work From Home.

Membuka-buka file foto dan video perjalananku di kamputer, ternyata begitu banyak tempat yang sudah aku kunjungi pata tahun 2019 lalu, namun belum sempat untuk di kisahkan ke blog pribadi. Hanya video-video yang proses pengerjaannya lebih dominan. 

Oiya, sebelumnya, aku lebih aktif di dunia tulis menulis, sampai akhirnya, karena rasa jenuh dengan menulis, aku mencoba mencari penyegaran ide dengan menjadi seorang videografer dan menjadi konten kreator lalu membuat konten-konten perjalananku di channel youtubeku (lihat link di bio, ya. Lebih asyik lagi kalau kalian mau nge like dan subscribe)

Baiklah, kita mulai kisah perjalanan ke Desa suku Baduy, Banten.

Sebenarnya sudah cukup lama banget aku pengen berkunjung ke Baduy. Ditambah lagi setelah melihat foto-foto teman saat berkunjung kesana. Kok terlihat adem, tentram dan nyaman. Akhirnya, bersama beberapa teman, kami memutuskan untuk melakukan trip akhir tahun 2019 dengan berkunjung ke Desa Suku Baduy. Dan kesepakatan pun berkumandang sama-sama setuju.

Pada hari H, kami naik kereta menuju Stasiun akhirnya Rangkas Bitung. Dari stasiun kami sudah ditunggu oleh Tour Guide (oiya, kami ikut Open Tour). Dari Stasiun kami naik elf carteran beramai-ramai menuju Ciboleger yang merupakan pintu masuk ke Desa Suku Baduy (luar dan dalam).

Dari situ kami baru memulai perjalanan.

Awalnya aku pikir Desa Suku Baduy adalah desa yang letaknya tidak jauh dari pusat keramaian alias pusat kota Banten. Ternyata, untuk bisa mencapai desa Suku Baduy Luar, kita harus berjalan kaki berjam-jam lamanya. Perlu di catat! Jika ingin berkunjung ke Suku Baduy, diwajibkan punya stamina yang kuat. Tidak boleh letoy!

Pantes aja, sebelum trip dimulai pesan berantai yang disampaikan pihak OT tentang syarat yang harus di bawa dan di pakai. Dianjurkan memakai sandal atau sepatu gunung. Ternyata jalan yang harus di tempuh menuju desa tersebut sangat bebatuan, licin (kalau musim hujan) dan juga ada tanjakan dan turunan. Ya, persis kayak naik gunung deh.

Oiya, Suku Baduy itu ada dua; Baduy Luar dan Baduy Dalam. Konon katanya penduduk di Desa Suku Baduy luar adalah mereka-mereka yang telah melanggar adat Desa Baduy Dalam sehingga akhirnya mereka di keluarkan atau memilih keluar dari Desa Suku Baduy Dalam. Karena Di Baduy, hukum adatnya masih kuat dan warganya sangat memegang teguh adat tersebut.

Tiba di Desa Baduy Luar, kami masih bisa menikmati alamnya sambil berfoto-foto pake kamera dan hape. Kami masih bisa bernyanyi-nyanyi dan juga masih bisa melihat dan menikmati dagangan  penduduk Baduy Luar. Sekilas mereka masih terlihat sama persis dengan warga Indonesia kebanyakan. 

Hanya saja, yang membedakan Penduduk Asli Suku Baduy adalah mereka tidak boleh dan tidak pernah memakai alas kaki apa pun (sandal atau sepatu). Karena, jika ketahuan mereka akan kena hukum adat.

dokpri
dokpri

Selain itu, yang menandakan lainnya adalah pakaian. Mereka mengenakan pakaian yang terbuat dari kain yang di tenun berwarna putih atau hitam. Mereka juga mengenakan ikat kepala yang juga terbuat dari kain tenun. Sangat menarik untuk ditelusuri kenapa mereka mengenakan pakaian yang coraknya seperti itu tersu menerus. Apa nggak bosan?  Ternyata itulah peraturan adat yang tidak boleh dilanggar. Jika dilanggar mereka harus siap kena sanksi adat.

Baru menginjakkan kaki di Desa Baduy Luar saja hati ini sudah begitu excited. Karena, kebetulan aku sangat suka dengan hal-hal yang berbau budaya. Apalagi budaya Baduy ini masih sangat kental atau asli, belum terkontaminasi dengan peradaban budaya kota.

Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan lagi menelusuri jalan setapak nan berliku menuju Desa Suku Baduy Dalam. Butuh waktu 4 jam perjalanan yang harus kami tempuh dengan berjalan kaki.

Kisah selanjutnya menuju Desa Suku Baduy Dalam. Stay Tune!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun