Mohon tunggu...
Bara Bagaskara
Bara Bagaskara Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Riwayatmu Kelak

11 Februari 2018   22:42 Diperbarui: 12 Februari 2018   07:47 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.sciencecare.com/wp-content/uploads/2015/01/spinning_plates.jpg

Jurnalisme Masa Kini

Jurnalisme masa kini berkembang mengikuti teknologi yang kian hari kian maju. Media massa mengalami proses digitalisasi. Media massa era sekarang menjadi seakan diwajibkan memiliki kanal online untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Setenar-tenarnya media konvensional yang dimiliki oleh sebuah perusahaan media, tidak keren dan mengikuti jaman kalau tidak memiliki kanal online.

Media sosial merupakan salah satu media yang populer dan sedang eksis di jaman ini. Bahkan setiap media massa terjangkit virus mengunggah berita melalui akun media sosialnya. Khalayak juga tampak lebih tertarik dengan budaya membaca berita dan mengakses informasi melalui media sosial. Dalam genggaman tangan dan dengan satu jari akses dapat dilakukan ke berbagai macam aplikasi dan laman online. Dengan begitu terjadilah budaya membaca berita melalui gadget, bukan lagi melalui koran yang setiap pagi dihantarkan oleh loper koran.

Jika ditanya ke generasi muda sekarang, mungkin sudah jarang yang masif aktif membaca koran dan mendengarkan siaran radio. Bisa saja justru dianggap tidak gaul dan ketinggalan jaman kalau masih membaca berita di koran dan mendengarkan lagu-lagu terbaru lokal dan mancanegara di radio kesayangan ayah-ibu pada masa kejayaannya. Tidak bisa dipungkiri kalau beberapa media cetak gulung tikar karena ketidakmampuannya bersaing dengan media sosial. Beberapa stasiun radio masih bertahan mungkin karena bantuan dana dan masih memiliki segelintir pendengar setia.

Media sosial yang sedang dan masih digandrungi hingga saat ini seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twitter, dan masih banyak lainnya. Keempat media sosial inilah yang bisa dikatakan menempati posisi sebagai media sosial terfavorit, terutamaInstagram danYoutube bagi kawula muda. Dengan fitur-fitur yang disediakan mulai dari teks, foto dan video menjadi salah satu daya tarik. Terlebih lagi kalau ada istilah gengsi di kalangan anak muda jika tidak memiliki akun media sosial tertentu, seperti misalnya Instagram.

Beberapa perusahaan media lalu mencari pembacanya melalui akun media sosial. Tidak hanya informatif, kini media massa bersifat interaktif karena adanya jaringan internet. Kecepatan dan kedekatan dengan khalayak juga mempengaruhi popularitas media sosial. Namun adanya kecepatan informasi ini kadang menghilangkan nilai-nilai berita yang lainnya. Ketepatan menjadi dikebelakangkan, filterisasi khalayak akan konsumsi berita harus lebih ditingkatkan. Tak jarang pula berita yang diunggah melalui media sosial dengan cepat justru menimbulkan masalah dan bersifat provokatif.


Copy paste berita dari akun media sosial lainnya sering terjadi. Membaca berita menjadi monoton. Era digital menjadikan jurnalis bekerja secara instan hanya dengan megambil berita milik orang lain yang belum pasti terbukti kebenarannya untuk disampaikan lebih cepat kepada khalayak. Kaidah-kaidah jurnalistik menjadi dikesampingkan dan tidak dipedulikan lagi, semata-mata demi pundi-pundi keuntungan perusahaan media.

Jurnalisme Masa Depan

Masa depan menjadikan jurnalisme pekerjaan yang mudah dilakukan oleh siapapun dan dengan latar belakang pendidikan apapun. Asalkan bisa mengasah kreatifitas dan memiliki inisiatif untuk mencari informasi dan mengolahnya dengan kemasan yang menarik. Tidak hanya menulis yang menjadi syarat untuk menjadi jurnalis, walaupun menulis adalah keahlian yang paling utama. Keahlian dalam mengolah foto, video dan infografik juga menjadi tuntutan jurnalis di masa depan.

Kompetisi akan semakin terasa dalam dunia jurnalistik yang bermultimedia di masa yang akan datang. Penguasaan dalam mengelola media, terutama media sosial sangat diperlukan bagi siapa saja yang berminat menjadi jurnalis. Menjadi jurnalis berarti bisa multitasking. Melakukan kegiatan mencatat, merekam, mengambil gambar bahkan video. Setelahnya dipaksa untuk belajar mengedit dan melakukan finishing pada tiap artikel beritanya.

Namun, yang patut disayangkan bahwa produk jurnalisme nantinya bisa dibilang menjadi komoditas bagi perusahaan media jikalau hanya mengejar jumlah pembaca dan mengejar target tanpa esensi. Esensi dalam jurnalisme itu yang tetap harus ditekankan, walaupun bekerja dalam bidang jurnalistik juga berarti belajar bermultimedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun