Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jogja Istimewa untuk Indonesia

12 Oktober 2012   03:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:54 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 10 Oktober 2012 (10-10-12), selarik informasi mengenai pelantikan Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paduka Paku Alam IX sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tiba-tiba saya dapatkan dalam perjalanan di Jl. Godean Km. 6 menuju Hotel Saphir Yogya. Kemudian saya pun bergegas ke kantor Kedaulatan Rakyat di Jl. Mangkubumi untuk membaca informasi istimewa tersebut di papan koran. Ternyata benar, KR membuat headline pelantikan pukul 09.00 WIB. Seorang bapak yang sedang membaca koran KR juga membenarkan waktu pelantikan tersebut. Kemudian, tanpa membaca lebih lanjut, saya langsung menuju ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat DIY di kawasan Malioboro, karena saya pikir pelantikan di gedung rakyat. Begitu sampai di depan Gedung DPRD DIY sudah cukup banyak petugas keamanan berjaga-jaga. Saya pun nimbrung duduk di sebuah kursi. Ada seorang bapak sedang membaca koran-koran dan seorang bapak lagi pegawai negeri sipil. Kemudian saya bertanya kok Malioboro sepi begini, ada apa, meskipun ada beberapa toko yang buka. Bapak PNS pun menjawab pedagang kaki lima (PKL) Malioboro libur semua karena ada pelantikan HB X dan PA IX sebagai Gubernur dan Wagub DIY di Gedung Agung. Kemudian setelah pelantikan ada acara semacam "syukuran" di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang tentu saja dihadiri oleh rakyat DIY, termasuk para PKL Malioboro. Waktu masih menujukkan pukul 08.30 WIB, saya pun memotret situasi di sekitar Gedung DPRD DIY. Dalam batin saya Gubernur dan Wagub DIY yang notabene adalah sultan dan adipati akan dilantik di Gedung DPRD sebagai gedung rakyat kemudian setelah itu pawai menggunakan kereta menuju Pagelaran Kraton Ngayogyakarta sebagaimana raja-raja Jawa dan Nusantara dahulu kala. Ternyata dari informasi yang saya dapat tidak seperti gambaran saya. Memang saya akui saya belum pernah sekalipun melihat HB X maupun PA IX memakai baju kebesaran kasultanan dan kadipaten. Bersepeda di Malioboro, sekitar Gedung DPRD DIY. Alangkah indahnya Malioboro segera dijadikan kawasan pedestrian dan kendaraan non-BBM. (dok. pribadi)

13500104361968026882
13500104361968026882
Situasi Malioboro di sekitar Gedung DPRD DIY. (dok. pribadi). Karena tidak ingin kehilangan momentum berharga, saya pun bergegas ke kawasan Gedung Agung. Sudah puluhan warga dan petugas keamanan berada di kawasan Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Saya pun disarankan oleh petugas keamanan untuk parkir di Kantor Pos Besar Yogyakarta. Kemudian setelah memarkir saya berjalan ke arah selatan hingga sampai gerbang, utara Alun-alun Utara, memandang Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, memang tampak ada semacam panggung. Kemudian saya segera menuju Gedung Agung. Ternyata warga tidak boleh melintas di depan Gedung Agung. Sedangkan entah wartawan betulan atau bukan sudah jeprat-jepret Gedung Agung, tempat prosesi pelantikan yang rencananya dilakukan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Tentu, inilah istimewanya Yogyakarta. Padahal Gubernur dan Wakil Gubernur daerah lain hanya dilantik oleh Menteri Dalam Negeri. Jogja memang Istimewa, Masdab .....! Saya  mengobrol dengan beberapa orang di tembok duduk di sekitar Vredeburg mencari dengar prosesi pelantikan hingga sampai pagelaran. Dari informasi, tidak ada prosesi pelantikan raja di hadapan rakyatnya, kecuali rakyat sudah diwakili oleh DPRD DIY. Bahkan pawai pun tidak ada sebagaimana saya pikirkan: raja dan permaisuri dipawai di hadapan rakyat, dielu-elukan oleh rakyat di sepanjang jalan, kemudian rombongan raja menuju pagelaran yang juga sudah ditunggu oleh rakyat. Pada sekira pukul 08.50 WIB ada seorang Simbok tua menggendong barang melintas di depan Gedung Agung. Sontak petugas keamanan "mengusir"nya. Saya mendengar beberapa orang berbisik menggerutu karena tidak setuju cara petugas keamanan menyuruh pergi Simbok tua. Saya yang memandang Gedung Agung dari depan Benteng Vredeburg tak jauh dari arah pintu gerbang Gedung Agung memang serasa kurang "manusiawi" petugas keamanan "mengusir" Simbok tua itu. Sekira pukul 09.05 WIB barulah terdengar alunan musik lagu Indonesia Raya disertai pergerakan-pergerakan barisan pasukan Angkatan Udara yang sedari tadi sudah berada di halaman Gedung Agung. Dua kali saya mendengar lagu tersebut. Namun tidak tampak pelantikan dari posisi saya.
13500105401786817531
13500105401786817531
Becak-er melintas di depan Gedung Agung. (dok. pribadi) Sampai dengan pukul sekira 09.20 WIB tidak ada tanda-tanda Sultan HB X dan PA IX nongol dari Gedung Agung. Karena saya ada acara di Saphir Hotel, maka saya mengabaikan prosesi pelantikan tersebut, saya berjalan menuju parkiran di Kantor Pos Besar Yogyakarta. Saya sengaja lewat jalan yang menuju Alun-alun Utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tetapi saya mengurungkan niat menuju gerbang Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Umbul-umbul pelantikan banyak dipancangkan di sekitar Alun-alun sebagaimana di sepanjang Malioboro hingga Gedung Agung. Kemudian saya mengambil arah ke timur menuju Jl. Brigjen Katamso - Jl. Farid M. Noto - Mandala Krida - Dinas Pertanian DIY - Brimob DIY - belakang Saphir Square (jalan kecil) -  Sapir Hotel. Pada malam harinya, saya menonton televisi di antaranya Metro TV, tvOne, dan Kompas TV, ketiganya memberitakan pelantikan HB X dan PA IX. Di tvOne bahkan live, malam itu ada semacam pawai atau karnaval budaya di sepanjang Malioboro. tvOne mewawancarai seorang warga DIY dan Hendro Plered, seniman Bantul sekaligus aktivis pro-penetapan. Mereka berdua, sebagaimana saya, agak menyayangkan prosesi pelantikan yang protokoler sehingga rakyat DIY tidak bisa menyaksikan prosesi pelantikan pimpinannya. Bahkan Plered sedikit menyentil tentang adanya intel-intel yang sejak kemarin berada di DIY guna mengawasi prosesi pelantikan sehingga seakan-akan Jogja tidak aman. Padahal Jogja daerah istimewa, istimewa rakyatnya, istimewa pula pimpinannya. Jogja ... Jogja ... Tetap Istimewa Jogja Istimewa untuk Indonesia (sumangga kito sareng-sareng nembangJogja Istimewa. sumangga .....) Alhamdulillah .... prosesi pelantikan dan umbai rampainya berjalan lancar. Kemudian hari berikutnya, PA IX berkenan memberi sambutan sekaligus membuka Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (KIVNas PDHI) ke-12 di Hotel Saphir Yogyakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun