Mohon tunggu...
Banyumas Maya
Banyumas Maya Mohon Tunggu... Administrasi - Karena Berbagi Tak Pernah Rugi, Teruslah Berkarya

Anak desa yang bersahaja mencoba Belajar Menulis Menjadi Pewarta Warga [Citizen Journalism]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Perkasa dari Cendana

18 Desember 2012   23:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:24 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13558712161565370945

Bagi Saya Orang yang terhebat dan terkuat adalah ibu, beliaulah yang berjuang melawan maut untuk melahirkan kita ke dunia. Kasih sayangnya tak kan hilang sepanjang jalan. Selamat Hari Ibu.

[caption id="attachment_215312" align="aligncenter" width="600" caption="kayu bakar di bukit cendana / dok. pribadi"][/caption]

Pagi itu sinar mentari tak begitu menyengat, awan cerah terlihat bersahabat, rumput terlihat hijau lagi memikat. Udara segar pegunungan sangat terasa,  tampak seorang ibu dengan kedua anaknya sedang berdiskusi ditemani 2 ikat kayu bakar.

Ibu Darsem (48) merupakan warga desa kalipagu baturraden, bersebelahan dengan desa wisata melung. Gubug sederhana berada dibawah bukit cendana. Bukit yang cukup terkenal bagi pecinta alam Indonesia yang masung dalam geografis kabupaten banyumas Provinsi Jawa Tengah.

Beliau hanyalah seorang petani dan pencari kayu di bukit cendana, namun semangatnya sangat luar biasa. Sejak pagi hari setelah ia masak nasi maka langsung bergegas mencari kayu bakar di cendana. Sambil mencari sayuran ataupun buah-buahan yang bisa di petik di hutan.

Bagi saya beliau adalah sosok ibu yang sangat perkasa, dibalik usianya yang makin tua namun tenaganya masih tetap kuat untuk mengangkat kayu bakar dan berbagai hasil bumi lainnya. Walau hidup sederhana mbok darsem tidak pernah mengeluh. “Urip ya di syukuri lan di nikmati nduk, sanajan urip nang ndesa tapi rejeki tetep ana” Hidupitu harus di syukuri dan dinikmati, walaupun hidup di desa rejeki dari Alloh itu akan tetap ada tuturnya.

Walau hidup di desa ia juga tidak mau kalah untuk menyekolahkan anak-anaknya. Yang satu di sekolahkan di smp negeri 4 satu atap kedungbanteng (smp terbuka) dan yang masih kecil sekolah di SD ketenger. Dari rumah memang cukup jauh tapi mbok darsem tetap memberi semangat kepada anak-anaknya tentang pentingnya pendidikan. Mereka berdua berjalan kaki menuju ke sekolah.

Keadaan memang sederhana namun pemikirannya selalu terbuka, memandang masa depan untuk yang terbaik anak-anaknya. Ia rela membanting tulang demi untuk mengenyam pendidikan bagi kedua anaknya. Kayu bakar menjadi komoditas yang di perjualbelikan demi sesuap nasi dan bekal menempuh sekolah untuk si buah hati.

Kesulitan yang dialami tetap membuat tegar. Biarpun di desa mereka tetap bisa merasakan kebahagiaan. Bagaimana kalau di kota? Sudahkah yang hidup dengan berbagai ketersediaan harta, mau untuk semangat belajar dan menekuni sekolahnya? Hemm… itu yang terkadang terjadi di negeri ini. Bagi orang kaya sekolah masih menjadi permainan, malas-malasan ataupun berangkatpun segan. Sementara bagi orang yang kurang mampu untuk bertahan di sekolah harus mati-matian agar dapat bertahan membayar uang pendidikan.

Terima kasih Ibu darsem, selamat hari ibu… engkau memberikan inspirasi dalam hidupku. Tetap semangat ya untuk berjuang demi pendidikan anak bangsa. Semoga kebahagiaan menyertai anda sekeluarga.

Salam dari desa :-)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun