Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dilema Jurnalisme Antara Kepentingan Bisnis dan Masyarakat

25 Februari 2018   13:19 Diperbarui: 25 Februari 2018   17:30 3048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi kondisi itu sama sekali belum sepenuhnya membantu Kay lancar dalam menjalankan bisnis The Post. Kebingungannya dalam hampir semua hal tentang kerja jurnalistik membuat ragu sejumlah direktur perusahaan termasuk Arthur Parsons (Bradley Whitford).

Belum lagi kelakuan editor eksekutif The Post, Ben Bradlee (Tom Hanks), yang cenderung mengintimidasi Kay dalam setiap permintaan keputusan tentang keredaksian. Intimidasi yang semakin kuat setelah The Times, pesaing The Post, menerbitkan cerita tentang Pentagon Papers.

Titik balik laku linglung itu pun datang kala Ben Bradlee meminta restu Kay agar The Post menayangkan liputan mengenai dokumen Petangon atau Pentagon Papers yang memuat informasi seputar kekalahan AS atas Vietnam dan keputusan yang sia-sia dalam upaya pengiriman pemuda Negeri Abang Sam ke medan tempur di Asia Tenggara itu.

Atas berbagai pertimbangan, yang dipotret secara lengkap dan apik oleh Steven Spielberg, Kay pun merestui penayangan liputan yang sebenarnya telah dilarang oleh Pemerintah AS karena berpotensi mengganggu stabilitas keamanan itu. Sebuah restu yang juga mempertaruhkan kelangsungan bisnis The Post dan jeratan hukum atas Kay dan Ben. 

Selaku pengarah film, Steven Spielberg benar-benar ogah membuat kita berhenti sejenak dari ketegangan. Meskipun ber-genre drama, The Post menampilkan aneka fragmen dengan ketegangan yang intes, sampai-sampai adegan menyalin dokumen rahasia di awal film bisa bikin deg-degan.

Meski menampilkan beberapa adegan upaya investigasi para jurnalis The Post, tapi Steven Spielberg rupanya tidak ingin menjadikan The Post seperti Spotlight (2015)yang secara detail menampilkan kerja investigasi jurnalisme.


The Post bergerak dalam dimensi yang lebih luas: jurnalisme, antara membela kepentingan bisnis atau kepentingan masyarakat.

Pesan yang hingga saat ini masih sangat relevan kala industri media massa berada dalam pergulatannya dengan upaya mempertahankan bisnis dengan menjalin hubungan "mesra" dengan penguasa dan upaya menuliskan kabar secara benar, sesuai fakta, komprehensif dan mendalam.

Tapi rupanya, Kay memilih menjadikan berita sebagai sebuah sejarah hari itu yang ditulis secara akurat berdasarkan fakta yang sebenarnya. Meskipun ia dikenal dekat dengan para "penghuni gedung putih" tetapi fakta, buruk ataupun baik, harus ditulis secara benar.

news is the first rough draft of history

Ia juga percaya bahwa kualitas berita senantiasa berbanding lurus dengan keuntungan bisnis. Suatu keyakinan yang awalnya ia ragukan sendiri namun akhirnya pernyataannya itu membuahkan hasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun