Mohon tunggu...
A. Rifqi Amin
A. Rifqi Amin Mohon Tunggu... lainnya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

A. Rifqi Amin Penulis buku "Pengembangan Pendidikan Agama Islam: Reinterpretasi Berbasis Interdisipliner" dan buku "Sistem Pembelajaran PAI pada Perguruan Tinggi Umum" Tentang aku dan buku karyaku semuanya ada di GOOGLE

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perpaduan Jokowi-JK: Potensi, Gaya Kepemimpinan, dan Karakter

24 Juli 2014   04:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:24 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perpaduan Potensi, Gaya Kepemimpinan, dan Karakter

(Bagian IV)


Lihat juga: Bagian IBagian II, dan Bagian III

Hal menarik dari gaya kepemimpinan Jokowi-Kalla adalah keduanya sama-sama tidak suka untuk berpidato panjang lebar. Walaupun kita akui Kalla sebenarnya lebih jago dalam berpidato di forum formal dan seremonial ketatanegaraan. Mereka lebih suka bekerja serta mengambil keputusan dengan cepat dan menyelesaikan masalah secara efektif-efisien. Tidak menunda-nunda pekerjaan untuk dipolitisasi atau menunggunya hingga mendapat reaksi keras dari masyarakat terlebih dahulu.

Keduanya terbebas dari fitnah dan beban sejarah yang hitam. Karir kepemimpinan mereka dicapai benar-benar dari bawah, walaupun sama-sama bukan keturunan tokoh politik. Inilah yang mungkin membuat mereka benar-benar “orisinil” dalam berpolitik. Mereka belajar politik pertama kali dari realitas rakyat, bukan dari seorang tokoh atau pun dari orang tuanya. Oleh karena itu, menjadi keniscayaan bila melejitnya pun tidak “dibantu” oleh partai politik atau tokoh tertentu. Namun karena memang dikehendaki oleh rakyat, efek dari berbagai capaian prestasi dan kedekatan mereka terutama keterpihakan pada kalangan bawah.

Dalam hal upaya pemberantasan korupsi sebagaimana dalam visi dan misi pencapresan, keduanya menginginkan agar Independesi dan kenetralan KPK terjaga. Tidak ada tebang pilih dan menjaga keobjektifitasan dalam pemberantasan korupsi. Memberantas koropsi hingga keakar-akarannya tanpa pandang bulu dari mana latar belakangnnya, mulai dari Sabang hingga Meraoke. Sesuai dari pengalaman dan karakter keduanya selama ini, semuanya akan dilakukan demi membela kepentingan rakyat kecil termasuk dalam bidang pemberantasan korupsi. Oleh karena itu, bukan suatu mustahil bila mereka akan mampu dan berkomitmen dalam pemberantasan korupsi secara konsisten yang sudah “menggila” ini.

Meski di antara mereka ada perbedaan usia, pengalaman, dan gaya kepemimpinan bukan berarti tak bisa disatukan dan saling bekerja sama. Bahkan mereka bisa saling melengkapi, saling mengisi kelemahan maupun kelebihan, dan bersinergis menjadi satu untuk tercapainya kesejahteraan rakyat. Kolaborasi mereka akan menciptakan iklim kehidupan bangsa Indonesia yang menyejukkan, membarukan, merakyatkan, mengindonesiakan, dan menyatukan.

Jokowi berhasil menjadi politikus “baru” kaliber nasional terpopuler karena gaya kepemimpinannya yang pro rakyat kecil. Sedangkan JK berpengalaman dalam dunia perpolitikan nasional dan internasional, serta sudah pernah menjalani hiruk pikuk kehidupan di “istana.” Keduanya juga mampu dan berani membuat keputusan-keputusan yang tidak populer. Awalnya banyak dicibir tapi setelah itu kenyataannya rakyat malah lebih menikmatinya.

Implikasi

Dari penjelasan di atas, sesungguhnya kerja sama Jokowi-Kalla merupakan manifistasi dan aset bagi kemajuan dan kesatuan bangsa. Mereka memiliki banyak kecocokan karakter. Adapun untuk gaya kepemimpinannya satu sama lain bisa saling melengkapi dan disinergikan. Jokowi mampu menyelesaikan masalah terutama terkait dengan masyarakat kecil (hubungan horisontal), seperti pembebasan lahan, relokasi pedagang maupun rumah kumuh, dan berani menindak tegas para birokrat yang tidak memihak rakyat kecil. Sedangkan di sisi lain Jusuf Kalla bisa bekerja secara mandiri untuk mengurusi bidang-bidang yang ia kuasai seperti urusan ekonomi, agama, perdamaian, kemanusiaan, hubungan secara vertikal-struktural, dan dinamika hubungan politik nasional maupun internasional.

Hal itu bukan berarti JK akan mendominasi Jokowi, atau akan ada “matahari” kembar di Indonesia bila mereka terpilih saat Pilpres nanti. Seperti halnya pasangan Jokowi-Ahok di pemerintahan Jakarta, maka mereka bisa membagi tugas dan bisa bermain cantik. Di mana satu sama lain saling berperan dalam bidang garapan masing-masing sesuai dengan gaya kepemimpinan dan kemampuannya.

Apabila mereka terpilih dan tetap konsisten dengan gaya kepemimpinannya, maka akan ada trend positif bagi reformasi secara halus bagi kepemimpinan di Indonesia. Hal positif lainnya adalah akan ada perubahan stigma tentang gaya kepemimpinan konvensional yang selama ini melekat di masyarakat Indonesia maupun dunia. Di mana tidak akan lagi posisi Wakil yang hanya bertugas sebagai cadangan dan menunggu perintah dari atasannya saja. Namun wakil harus dimanusiakan dan difungsikan sesuai dengan perannya, sehingga pekerjaan pemimpin utama (Presiden) bisa diringankan.

Dapat disimpulkan pasangan kedua tokoh tersebut yaitu Jokowi-JK dalam konteks menjadi Capres-Cawapres merupakan solusi nyata bagi masyarakat Indonesia. Khususnya bagi masyarakat yang menginginkan seorang pemimpin yang peduli, ramah, adil, bersih, berpengalaman, terbukti nyata prestasinya, dan tegas. Keduanya merupakan sosok yang dielu-elukan oleh rakyat kecil bukan karena partai yang diikutinya, ideologi apa yang ia miliki, dan dengan siapa “koalisi”nya. Namun dipilih karena memang benar-benar dari figur pribadi mereka yang berkarakter, berprestasi, sudah teruji, dan berpengalaman.

Referensi:

“Biografi Muhammad Jusuf Kalla” http://bio.or.id/biografi-muhammad-jusuf-kalla/, diakses tanggal 27 Mei 2014.

“Biografi Tokoh Dunia: Jokowi (Joko Widodo),” dalam http://www.zonasiswa.com/2014/04/biografi-tokoh-dunia-jokowi-joko-widodo.html, diakses tanggal 27 Mei 2014.

“Ini Perbedaan Visi-Misi Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta soal KPK,” dalam http://nasional.kompas.com/read/2014/05/26/2222182/Ini.Perbedaan.Visi-Misi.Jokowi-JK.dan.Prabowo-Hatta.soal.KPK, diakses tanggal 27 Mei 2014.

“Joko Widodo,” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Widodo, diakses tanggal 27 Mei 2014.

“Profil Jusuf Kalla,” dalam http://jusufkalla.info/profil/, diakses tanggal 27 Mei 2014.

“Sikap Tegas JK Terkait Protes Asap dari Negara Tetangga,” dalam http://jusufkalla.info/archives/2013/06/22/sikap-tegas-jk-terkait-protes-asap-dari-negara-tetangga/, diakses tanggal 27 Mei 2014.

“UI Nilai Jusuf Kalla Punya Prestasi Luar Biasa,” dalam http://jusufkalla.info/archives/2013/06/11/ui-nilai-jusuf-kalla-punya-prestasi-luar-biasa/, diakses tanggal 27 Mei 2014.

“Walikota Surakarta yang Fenomenal,” dalam http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3831-walikota-surakarta-yang-fenomenal, diakses tanggal 27 Mei 2014.

Film “Jokowi” disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis (Jakarta: K2K Pictures, 20 Juni 2013).

“Ini Perbedaan Visi-Misi Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta soal KPK,” dalam http://nasional.kompas.com/read/2014/05/26/2222182/Ini.Perbedaan.Visi-Misi.Jokowi-JK.dan.Prabowo-Hatta.soal.KPK, diakses tanggal 27 Mei 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun