Mohon tunggu...
Nadiah Robbaniyah
Nadiah Robbaniyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa STEI SEBI, Depok-Jawa Barat

Taharraku Fillah Wallahu Yuharrikul Quluub

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Membaca adalah Pilihan

24 Februari 2020   20:55 Diperbarui: 24 Februari 2020   20:54 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tentang manfaat membaca bagi setiap orang, tentu saja sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Ada banyak istilah yang menggambarkan bagwa membaca adalah jembatan ilmu, membaca dapat membuka jendela dunia, dan masih banyak lagi. Membaca, selain sebagai sumber informasi dan pengetahuan, membaca juga dpat mempengaruhi hati dan jiwa, memberi hiburan, bahkan mendatangkan kebahagiaan. 

Dalam hal ini, Ibnu Al-Jahm berkata : "Dengan buku, saya merasakan adanya gelora untuk mendapatkan nilai-nilai, adanya kecintaan terhadap perbuatan-perbuatan yang baik yang menyeruak ketika saya mendapatkan sesuatu yang menarik dan menyelimuti hati dengan kebahagiaan.."

Membaca, adalah aktifitas klasik yang sudah diakui manfaatnya. Ia bukanlah sebuah aktifitas yang baru muncul di tahun-tahun baru ini. Hanya saja, banjir informasi yang sangat cepat ini menuntut kita untuk lebih selektif dan pintar lagi dalam bacaan, sehingga dapat terhindar dari informasi palsu dan dapat mengambil banyak manfaat secara cerdas.
Tidak ada waktu/buku?

Sangat disayangkan sekali, banyak diantara kita yang belum atau bahkan tidak tertarik dengan kegiatan yang mencerdaskan ini. Apalagi menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan. Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa membaca hanya pantas dilakukan oleh orang-orang intelek, orang yang bersekolah, orang yang pintar. Ia ibarat kegiatan yang merusak mata dan menambah ketebalan kacamata secara periodic. Isitilah kutu buku yang terkenal itu pun, sering diidentikkan dengan sosok-sosok yang berkacamata tebal seperti pantat botol, culun dan sangat tidak menarik.
Banyak yang beralasan tidak memiliki buku untuk dibaca, sedangkan untuk membelinya pun jelas tidak akan menjadi pilihan karena faktor harga yang mahal dan kehidupan kita yang pas-pasan. Atau tidak punya waktu untuk sekedar membaca, meski sejujurnya selalu ada waktu untuk bermain, shopping, rebahan, main HP dan masih banyak lagi.


Yang sesungguhnya ialah, kita tidak mempunyai keterampilan membagi waktu dan secara serius berusaha menjadikan aktifitas membaca sebagai sebuah kebiasaan.
Bukan hanya pelajar
Sesungguhnya tidak ada kolerasi antara latar belakang pendidikan dengan kemampuan membaca. Maka, siapapun kita bahkan seseorang yang hanya lulusan sekolah dasar, punya peluang yang sama dalam menjadikannya sebagai kebiasaan kita. Karena membaca merupakan aktifitas kompleks yang menyerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah : khayalan, pengamatan, dan ingatan. Dan kecerdasan tidak sama dengan tingkat pendidikan.
Akan tetapi, meskipun kegiatan membaca tidak ada kolerasinya dengan pendidikan, itu semua tidak akan berguna apabila dari dalam diri kita tidak mempunyai keinginan melakukannya, keinginan berupa adanya motivasi ataupun kecenderungan yang kuat untuk melakukannya,serta keahlian berupa kemampuan untuk melakukannya. Apabila salah satunya tidak ada, maka ia tidak akan bisa disebut sebagai kebiasaan, karena membaca merupakan pengetahuan yang bersifat teoritis mengenai sesuatu yang ingin dikerjakan. Siapapun kita, bisa saja menjadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan asasl tahu caranya. Yaitu terus-menerus mencoba merealisasikan gabungan dari 3 unsur tadi, yaitu : keinginan, keterampilan dan pengetahuan.
Yang pertama : kita harus memiliki cukup pengetahuan tentang pentingnya membaca. Jenis bacaan serta klarifikasinya berdasarkan kepentingan, serta tingkat prioritasnya. Ini diperlukan agar kita terhindar dari kesalahan memilih bacaan, baik dari segi isi yang dapat merusak atau berkualitas rendah.
Yang kedua : faktor keinginan. Ia berupa motivasi terbesar untuk membaca, karena membaca bukan merupakan suatu kebetulan tanpa adanya keinginan yang memang harus diupayakan. Motivasi ini bisa kita peroleh dari pengetahuan akan besarnya manfaat sekaligus kerugian apabila melakukan dan meningalkan kebiasaan ini. Bisa juga mengamati kebiasaan orang sukses, yang memposisikan dirinya sebagai seorang pembelajar ulung yang selalu membaca untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas diri. Sebab, bangku sekolah saja tidak akan pernah cukup membekali kita dengan ilmu dan keterampilan yang memadai sebagai bekal hidup.
Yang ketiga adalah faktor keterampilan. Ia meliputi sejumlah kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kebiasaan. Dalam hubungannya dengan membaca, ada sejumlah keterampilan yang harus kita miliki agar kegiatan membaca dapat menjadi lebih baik dan menyenangkan. Tanpa keterampilan yang memadai kita akan seringkali merasa lelah, mudah bosan, lamban dan tidak bergairah untuk membaca. Kita bahkan tidak tahan membaca satu bab buku sekali duduk, apalagi menyelesaikannya sampai akhir, meskipun itu sebuah buku tipis.
Singkirkan penghalang
Maka, sebisa apapun kita harus bisa menyingkirkan penghalang dalam membaca, seperti : membaca dengan bersuara sehingga dapat memperlambat proses membaca, membaca dengan menggerakkan bibir/komat-kamit atau menunjuk tulisan dengan jari sehingga menyebabkan kita harus mengulang bacaan beberapa kali karena gerakan bibir dan jari tidak dapat mengimbangi kecepatan mata.
Membaaca merupakan aktifitas mata dan otak
Ibarat kamera yang memotret bacaan, sedanng otak adalah prosessor untuk memahaminya. Darisini otak merupakan unsur utama dalam membaca, karena mata hanya menginforkasika ke otak apa yang ia lihat, sedang eksekusinya terletak di otak. Itulah kenapa orang yang rusak otaknya tidak bisa membaca meski matanya sehat-sehat saja. Sedang orang buta dapat membaca huruf-huruf braille meski mata mereka bermasalah. Kemampuan intrepetasi sebuah bacaan tidak tergantung kepada ketajaman mata, namun lebih kepada daya kerja dan kejernihan otak, serta kekayaan wawasan dan pengertiannya.
Maka mulai dari sekarang kita harus pandai memilah dan memilih bacaan sebab ada bacan yang bergizi dan ada pula yang  hanya berupa sampah, menetapkan prioritas serta target bacan yang realistis, kemudian mencoba untuk menikmatinya. Bukankan aktifitas ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja? Semua memang mudah jika kita memang disiplin mengerjakannya.
Jadi, karena membaca merupakan sebuah pilihan, sebagaimana kita bisa juga memilih untuk tidak membaca, pertimbangkan baik-baik untung-ruginya kita diantara dua pilihan ini. Sudahkah kita menjadikan membaca sebagai bagian dari kebiasaan positif kita? Wallahu al-musta'an.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun