Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mendampingi Perjuangan Cucu (Tempe Mendebarkan)

16 Januari 2023   09:51 Diperbarui: 16 Januari 2023   10:11 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Karena penulis bersama istri rencana pulang ke Lampung dengan harapan sudah mendapat kepastian si cucu telah sampai di tempat tujuan yang diperkirakan sekitar pukul 13 wib. hari Rabu tanggal 31 Agustus 2022, maka perjalanan si cucu selalu diinformasikan anak kepada penulis sampai tempat tujuan.

Hari Rabu tanggal 31 Agustus 2022 pagi penulis menerima WA dari anak, sebagai berikut.

[06.10, 31/8/2022] Ita_Adika: Alhamdulillah study permitnya sudah kelar diurus di Vancouver Yang.

[08.26, 31/8/2022] Bangun Sayekti: Alhamdulillah semuanya lancar...

Kecuali mengirim kabar via WA kepada penulis, anak juga berbicara melalui telepon diantaranya. Pertama. Barang bawaan lolos tidak ada masalah sedikitpun dalam pemeriksaan, ini membuat lega orang tua dan kami semua, pasalnya dalam barang bawaan tadi ada yang berbentuk serbuk jangan -- jangan dipermasalahkan dikira barang terlarang, padahal serbuk itu adalah ragi tempe.

Kedua. Diceritakan saat mengurus study permitnya di Vancouver ada sedikit kendala, namun telah dapat diselesaikan oleh cucu. Sedikit kendala yang dimaksud, pada saat pengurusan biaya bagasi Air Canada sudah barang tentu ada biayanya, dan untuk keperluan tersebut sebenarnya si cucu juga sudah disiapkan, dan dibekali dengan membawa uang tunai dolar Canada, dolar Amerika, serta kartu ATM Indonesia.  Sayangnya pihak imigrasi di Vancouver tidak menerima pembayaran dengan uang tunai, lalu cucu menggunakan ATM Indonesia ternyata juga belum berlaku di Canada.

Petugas lalu menyarankan agar cucu ke bagian tertentu yang penulis tidak tahu namanya, untuk membuat sejenis e-tol yang hanya dapat digunakan sekali pakai, artinya kalau dananya sudah habis tidak dapat diisi ulang seperti e-tol itu. Alhamdulillah meskipun mengalami sedikit hambatan di negeri orang, namun karena cucunda sudah terbiasa berpetualang maka bereslah pengurusan biaya bagasi Air Canada setelah mengikuti saran dari petugas imigrasi tersebut.

Dari Vancouver cucu masih melakukan perjalanan udara, namun harus berganti dengan pesawat domestik menuju ke Toronto. Tiba di Toronto masih tengah malam, maka si cucu menunggu sampai pagi hari dan akan melanjutkan dengan perjalanan darat dengan naik bus. Ternyata kejadian seperti di Vancouver terulang lagi disini, karena untuk naik bus diperlukan semacam kartu khusus namanya Prezto Card. Sayangnya karena saat itu peak season, konter yang menjualnya sampai kehabisan kartu itu. Akhirnya cucunda Naufal ke Hamilton naik TAXI karena bisa bayar tunai. Alhamdulillah.  

Setelah mengetahui bahwa cucu telah sampai tujuan dalam keadaan sehat, dan selamat maka kami semua yang ada di posko Us merasa lega, bangga, dan bahagia. Dalam kondisi demikian penulis mencoba bertanya kepada anak; Mbak, apakah masih ingat dengan mimpi yang pernah papa sampaikan dalam perjalanan menuju ke rumah makan, untuk makan malam bersama saat di Sangatta tempo hari?

Masih pah, mimpi bertemu pak Antasari to? Iya benar. Lalu bagaimana pah maksudnya?

Baiklah, tapi sebelum ke intinya papa akan cerita sedikit ya mbak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun