Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Tabir Cita-cita Dibuka

15 Oktober 2020   07:19 Diperbarui: 15 Oktober 2020   07:35 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku lahir di Metro Lampung lebih dari 72 tahun yang lalu, dan atas ridho Allah aku dapat melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yagyakarta. Saat liburan semester 2 tingkat kandidat, aku pulang ke Lampung untuk berlibur di tengah orang tua dan adik-adik. 

Semua pengalaman sewaktu melacak kerabat dari ibu di Tulungagung Jawa Timur, dan kerabat dari bapak di Pemalang Jawa Tengah, aku ceritakan kepada orang tua dan saudara-saudara. Bapak, ibu dan adik-adik tampak gembira mendengarnya, karena ibarat obor yang telah lama padam akibat ditinggal pindah ke Lampung, telah dapat aku nyalakan kembali. Karena aku dan semua adik-adik memang belum pernah mengenalnya, maklum kami semua lahir di Lampung.

Pada kesempatan ini, bapak menyampaikan sesuatu kepadaku. Bapak berkata bahwa beliau disarankan oleh pak Selo, tetangga toko di pasar Metro. Pak Selo menyarankan, agar bapak membelikan sepeda motor untuk menunjang kelancaran kuliahmu. Pak Selo bilang, yo isinlah mas (ya malulah mas) jauh-jauh dari Lampung kuliah di Yogyakarta kok naik sepeda, kata bapak menirukan kata-kata pak Selo.

Atas saran pak Selo tersebut, bapak sudah menyiapkan uangnya untuk membelikan sepeda motor kamu, jelas bapak lagi. Terima kasih atas perhatiannya pak, jawabku. Namun pak, putra bapak bukan hanya saya saja, kataku lagi. Saya sudah dibiayai sampai bisa kuliah di Perguruan Tinggi saja, sudah cukup banyak biaya yang dikeluarkan bapak-ibu. Dan saya hanya dapat mengucapkan terima kasih kepada bapak-ibu, lanjutku.

Kalau memang uangnya sudah disiapkan dan niatnya untuk membelikan sepeda motor saya, baik pak saya terima, kataku. Tetapi tolong uang tadi diterimakan kepada adik, agar dapat digunakan untuk tambahan membuat rumahnya, kata ku lebih lanjut. Akhirnya, bapak memberikan uangnya kepada adik.

Allah menciptakan jagad raya seisinya atau semesta alam seisinya ini, dalam keadaan berpasangan dan seimbang. Ada siang, ada malam. Ada laki-laki, ada perempuan. Ada senang, ada susah. Ada baik, ada buruk. Ada bangga, ada sirik, dan lain-lain. Ternyata keadaan tersebut, terjadi pada diri aku utamanya kepada bapak. Ketika aku dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Yogyakarta, ada orang yang senang dan bangga, namun ada pula orang yang tidak senang dan sirik.

Bagi orang yang senang dan bangga mengetahui aku akan melanjutkan studi ke Yogyakarta lalu memberi saran, sing ati-ati yo le nuntut ilmu adoh ono paran (yang hati-hati ya nak, menuntut ilmu jauh diperantauan). Kudu den eling yo le, godhane bocah lanang kang paling abot, ora liyo yo mung bocah wedok (harus diingat ya nak, bahwa godaan paling berat bagi anak laki-laki, tidak lain adalah anak perempuan). Atas saran tersebut, selalu aku ingat dan patuhi.

Sedangkan bagi orang yang tidak senang cenderung sirik, bapak menceritakan sebagai berikut. Bapak mengatakan, kalau beliau telah dilaporkan seseorang ke Puterpra (sekarang Koramil) sebagai anggota PKI, kata bapak. Pimpinan Puterpra pak Sutanto namanya, yang kenal baik dengan bapak dan aku, suatu saat datang ke rumah menemui bapak, lanjut bapak lagi.

Ketika bertemu bapak, beliau menyampaikan kabar kalau ada seseorang yang bapak kenal dengan baik, membuat surat kaleng ke Puterpra sampai tiga kali. Isi surat kaleng menyatakan kalau bapak seorang anggota PKI, kata bapak menirukan pak Tanto. Tetapi karena saya tahu persis, kalau bapak bukan seperti yang dilaporkan maka surat kaleng pertama dan kedua, tidak kami tindak lanjuti, jelas pak Tanto.

Namun orangnya membuat surat kaleng lagi, untuk yang ketiga kalinya. Untuk melegakan orang yang membuat surat kaleng, saya menyarankan dan mohon keikhlasan bapak agar malam ini bapak berkenan bermalam di Puterpra saja, kata bapak menirukan kata pak Tanto lagi. Biar yang membuat surat kaleng merasa puas, telah dapat memasukkan bapak ke tahanan Puterpra, imbuh pak Tanto. Akhirnya bapak mengikuti saran pak Tanto dan menginap semalam di Puterpra, paginya bapak pulang.

Bapak semalam di Puterpra diapakan? Tanyaku. Hanya diajak ngobrol saja, wong memang bapak tidak mengerti apa-apa? jawab bapak. Ya sudah pak, diterima dengan ikhlas apa yang diperbuat orang lain terhadap kita, toh Gusti Allah ora sare (toh Allah tidak tidur).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun