Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

5W-H Satriyo Piningit (2)

9 Juli 2018   18:14 Diperbarui: 9 Juli 2018   18:56 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dari uraian sebelumnya, mudah -- mudahan kita semua memahami dan meyakini bahwa Satriyo Piningit adalah benar tan kasat mata, dan betapa misterius keberadaannya dalam wadag manusia. Namun demikian, sesungguhnya Allah Swt. telah menunjukkan simpulan mengenai Satriyo Piningit ini. Tetapi karena simpulan diberikan dalam bentuk perumpamaan, sudah barang tentu tidak mudah dipahami oleh manusia pada umumnya.

Simpulan tentang Satriyo Piningit ini, dapat disimak dalam surat An Nuur ayat 35.

Allah (pemberi) Cahaya ( kepada ) langit  dan  bumi. Perumpamaan cahaya  Allah, adalah  seperti  sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu  seakan--akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang  dinyalakan  dengan  minyak  dari  pohon  yang banyak berkahnya, ( yaitu ) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur (sesuatu) dan tidak pula disebelah barat(nya), yang minyaknya ( saja ) hampir -- hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya ( berlapis -- lapis ), Allah  membimbing  kepada  cahaya-Nya  siapa  yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan -- perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.                    

Bagaimana cara membuktikan keberadaan Satriyo Piningit? Langkah pertama kita membuat garis lurus membujur dari utara ke selatan. Selanjutnya memposisikan diri kita menghadap ke arah utara, dengan kaki mengangkangi garis yang telah dibuat tadi. Dengan demikian kaki kiri menapak disebelah Barat garis, sedangkan kaki kanan menapak disebelah Timur garis. Dalam posisi demikian, silahkan dibaca surat An Nuur  ayat 35 dalam bahasa Indonesianya.

Silahkan anda memulai membacanya. Allah ( pemberi ) Cahaya ( kepada ) langit  dan  bumi.  Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca ( dan ) kaca itu  seakan -- akan bintang   ( yang bercahaya ) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, ( yaitu ) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur ( sesuatu ),........

Stop, tolong direntangkan tangan kanan anda ke arah Timur, yang mengisyaratkan pohon zaitun tidak tumbuh disebelah Timur ( sesuatu ). Setelah dilaksanakan, tolong anda baca selanjutnya, dan tidak pula disebelah barat (nya ), Stop, tolong direntangkan tangan kiri anda ke arah Barat ( tangan kanan sudah boleh istirahat untuk memegang kitab Al Qur'annya ), yang mengisyaratkan pohon yang banyak berkahnya ( pohon zaitun ) tidak tumbuh di sebelah Barat ( sesuatu ).                                           

Selanjutnya, dari peragaan tadi silahkan disimpulkan sendiri. Dimana kira -- kira, tumbuhnya pohon zaitun atau pohon yang banyak berkahnya tersebut. Mudah -- mudahan dengan tidak berkata-kata, tetapi tangan menunjuk ke dada anda sendiri, lalu berucap disini. Kalau anda bertindak seperti itu, tepat dan nilai 100 buat anda semua. Disitulah keberadaan ( Jawa = dununge ) Cahaya atau Nur Allah, dan yang oleh  nenek moyang kita disamarkan atau dikiaskan dengan sebutan Satriyo Piningit.         

Dan  ungkapan  seperti  sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar tidak lain wadag manusia. Mengapa? Karena bila wadah manusia itu dianalisis, tentunya juga merupakan rangkaian lubang ( pori -- pori ) yang melingkupi atau membungkus sekujur wadag atau tubuh, tetapi tidak tembus.

Mari diandaikan lubang itu tembus, layaknya pipa. Sudah barang tentu, bila manusia dilihat dari belakang tembus kedepan, bila dilihat dari depan tembus kebelakang. Bila manusia dilihat dari samping kiri, dapat tembus kesamping kanan. Dan sebaliknya bila dilihat dari samping kanan, dapat tembus kesamping kiri. Kalau demikian kondisinya  bukan wadag manusia namanya, melainkan ya pipa itu tadi.

Sebagai kenyataan, telinga kanan dan kiri manusia berlubang dengan posisi segaris antara kanan dan kirinya. Tetapi bila dilihat dari sisi telinga kanan, tidak dapat tembus ke sisi kiri. Sebaliknya bila dilihat dari sisi telinga kiri, tidak dapat tembus ke sisi kanan. Kalau demikian halnya bukan pipa namanya, tetapi telinga manusia.

Jadi  Satriyo Piningit itu keberadaannya, ada di dalam wadag manusia. Apapun bangsa dan suku bangsanya.  Apapun warna kulit dan bahasanya. Apapun agama dan keyakinan, serta budayanya. Dengan kadar yang sama, karena berasal dari Dzat yang sama, dan kembalinya pun ketempat yang sama yaitu Allah Swt. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun