Setiap akhir pekan, di pelosok Sumatera Barat, puluhan lelaki berkumpul di tepi hutan, membawa serta anjing-anjing dengan ekor yang bergerak liar menahan antusiasme. Suara gonggongan bersahutan, menyatu dengan hiruk-pikuk persiapan. Satu tujuan mereka, Â berburu babi hutan. Namun tak banyak yang tahu, sebagian besar anjing-anjing tangguh itu berasal dari tanah jauh di seberang - Jawa Barat.
Kini, Jawa Barat dikenal sebagai pemasok utama anjing pemburu di Indonesia. Dari Garut, Tasikmalaya, hingga Sukabumi, para peternak melatih anjing-anjing sejak kecil untuk satu hal: mengejar, mengepung, dan menaklukkan babi hutan.
Menurut Bagindo Piliang, seorang pemburu asal Kampung Pinang, Lubuk Basung, anjing yang pintar dan sudah punya nama di kalangan pemburu bisa dihargai hingga ratusan juta rupiah.Â
"Anjing-anjing dari Jawa Barat biasanya lebih lincah dan agresif. Itu yang dicari," ujarnya.
Perburuan babi hutan di Sumatera Barat, yang dikenal sebagai baburu, telah berkembang dari kegiatan agraris untuk mengendalikan hama menjadi ajang olahraga sekaligus hiburan.Â
Kini, perburuan juga menjadi panggung bagi anjing-anjing terbaik dari berbagai daerah. Dan sebagian besar dari mereka berasal dari kandang-kandang di Jawa Barat.
Setiap hari, diperkirakan hampir seratus ekor anjing pemburu dikirim ke Sumatera Barat. Transaksi dilakukan secara daring lewat grup-grup media sosial. Jenis yang diminati beragam, mulai dari anjing kampung, blasteran, hingga bull terrier. Harganya bervariasi, dari Rp500 ribu hingga Rp10 juta, tergantung ukuran, ketangkasan, dan keturunan.
Setelah harga disepakati, mobil khusus akan menjemput sang pemburu berkaki empat. Ongkos kirim rata-rata mencapai Rp500 ribu per ekor untuk pengiriman ke Sumbar.
Riki, peternak sekaligus pelatih anjing di Tanjungsari, Sumedang, menyebutkan bahwa pasar anjing pemburu cukup luas, bukan hanya di Sumatera, tetapi juga menjangkau Kalimantan hingga Sulawesi.
"Kalau bibitnya bagus dan cepat tanggap saat dilatih, biasanya cepat laku. Bahkan sering kali sudah habis terjual sebelum usia satu tahun," jelasnya.
Di lapangan, anjing-anjing ini bukan sekadar pendamping manusia. Mereka adalah bintang pertarungan. Banyak nama yang melegenda di kalangan pemburu di Sumbar, bukan hanya karena keberanian mereka mencabik babi hingga mati, tapi juga karena kemampuan mengejar buruan yang berlari hingga beberapa kilometer dari titik awal.
Namun, pertarungan di hutan bukan tanpa risiko. Babi hutan bukan musuh yang mudah. Dengan tubuh besar dan taring tajam, ia kerap melukai atau bahkan membunuh anjing yang kurang waspada. Tapi justru di situlah letak sensasi dan adrenalin bagi para pemburu.
Tradisi ini tak hanya hidup di Sumatera Barat. Budaya berburu yang dibawa oleh perantau Minang telah menyebar ke hampir seluruh provinsi.Â
Di Jawa Barat sendiri, hampir setiap kabupaten memiliki organisasi perburuan aktif yang rutin menggelar ajang berburu setiap minggu. Di balik itu, geliat ekonomi pun tumbuh: dari pelatih, pedagang, hingga pengemudi mobil pengangkut anjing.
Dari hutan ke kandang, dari ladang ke layar ponsel, tradisi berburu babi hutan membentuk ekosistem sosial dan ekonomi yang terus berkembang. Dan di tengah riuh tradisi itu, Jawa Barat berdiri sebagai jantungnya, tempat lahir dan tumbuhnya para pemburu berkaki empat yang kini meramaikan rimba-rimba Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI