b. Pembelajaran yang Berbasis Refleksi Diri
Platform digital harus menyediakan ruang bagi siswa untuk mengevaluasi perasaan, pengalaman, dan pemahaman mereka sendiri, seperti jurnal digital, forum ekspresi pribadi, atau portofolio reflektif.
c. Interaksi Sosial yang Otentik
Meskipun berbasis teknologi, pembelajaran humanistik tetap mendorong koneksi antarmanusia. Ruang kolaboratif digital, diskusi daring yang terstruktur, serta proyek kelompok menjadi jembatan penting.
d. Empati dan Keterlibatan Emosional
Guru didorong untuk membangun relasi empatik dengan siswa, bahkan dalam format daring, melalui komunikasi yang hangat, apresiatif, dan responsif terhadap kondisi afektif siswa.
3. Platform dan Teknologi Pendukung
- Beberapa teknologi yang cocok dengan desain pembelajaran humanistik digital antara lain:
- Learning Management System (LMS) berbasis interaktif seperti Moodle, Edmodo, atau ClassDojo.
- Aplikasi refleksi dan konseling seperti Mood Meter atau Reflectly.
- AI Learning Assistant yang dapat mengenali perkembangan dan kebutuhan belajar siswa.
- Virtual Community Platforms yang memungkinkan relasi sosial dan belajar kolaboratif, seperti Discord for Education atau Microsoft Teams Edu.
4. Peran Guru dalam Desain Humanistik Digital
Transformasi digital bukan berarti peran guru menjadi hilang, melainkan bergeser dari pengajar menjadi learning companion. Guru menjadi penuntun refleksi, fasilitator interaksi sosial, dan pemberi umpan balik personal yang membangun kepercayaan diri siswa.
Guru juga menjadi kurator konten, bukan hanya penyaji materi. Dengan begitu, konten digital yang digunakan dalam kelas tetap kontekstual, relevan, dan bermakna secara emosional dan sosial.
5. Tantangan dan Solusi