Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Didi Kempot, Indonesia dan Sahabat Ambyar Kehilanganmu

5 Mei 2020   22:35 Diperbarui: 5 Mei 2020   22:47 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Tangkapan layar Kompas TV

Dionisius Prasetyo atau Didi Prasetyo mungkin orang jarang mengenalnya,  tetapi kalau bilang Didi Kempot hampir semua orang mengenalnya. Penyanyi campur sari papan atas Indonesia dengan berbagai julukan baru saja meninggalkan kita semua,  tadi pagi Selasa, 05/05/2020 pukul 07.45 di RS Kasih Ibu Solo dalam usia 53 tahun. 

Siapa yang tak kenal sosok yang ramah dengan berbagai julukan mulai dari  Bapak Loro Ati Nasional,  Patah Hati Indonesia, Lord Didi, hingga Godfather of Broken Heart. Semua karena kedekatan emosional yang tercipta antara Mas Didi dan penggemarnya lewat lirik-lirik lagunya. 

Penulis sebelumnya tak mengenal sosok Didi Kempot sebagai penyanyi campur sari padahal sudah berkiprah lebih dari 32 tahun di dunia musik. Baru ketika era congdut atau keroncong dangdut dia berhasil mencuri perhatian dengan lagu yang fenomenal pada saat itu Stasiun Balapan, yang bisa membuka mata generasi muda untuk menyukai lagu campursari atau Jawa. 

Penyanyi kelahiran 31 Desember 1966 yang tidak sempat menyelesaikan sekolahnya memang lahir dari keluarga seniman. Bapaknya Ranto Edy Gudel dan kakanya Mamiek Prakoso. 

Darah seni begitu kental dan mengalir deras dalam tubuhnya. Bahkan banyak yang tidak tahu dulu sebelum sukses dia seorang pengamen jalanan. Dan nama Kempot dibelakang nama Didi bukan karena lesung pipit tapi nama komunitas yang dulu diikuti Kelompok Musik Trotoar. 

Lagu-lagu hits dari Stasiun Balapan, Taman Asmoro, Terminal Tirtonadi, Sewu Kutho, Tanjung Mas dan duet yang luar biasa dengan penyanyi tarling / dangdut pantura Nunung Alvi dengan lagu Jambu Alas. Kolaborasi tarling dan campursari menjadi trend saat itu. Setelah itu seperti vacum tak ada lagi hits yang tercipta tergeser oleh music koplo. 

Lewat lagu Banyu Langit mulai akrab lagi dengan Didi Kempot, tanpa sengaja dalam satu kegiatan di Nglanggeran. Terus bermunculan lagu-lagu yang terus bermunculan seperti Suket Teki, Bojo Anyar Cendol Dawet, Tatu, Cidro, Kalung Emas sampai Kangen Nickery. 

Bukan hanya di Indonesia di luar negeri khususnya di Suriname Didi Kempot punya nama tersendiri. Lagu Angin Paramaribo sampai Kangen Nickery mengingatkan tempat-tempat di Suriname. Jadwal show yang padat luar biasa menunjukan eksistensi Didi Kempot di dunia tarik suara. 

Firasat akan kepergiannya seperti sudah digambarkan oleh dirinya.  Dengan memasang Dori Harsa seperti Pangeran Campur Sari.  Dia banyak memasang Dori disetiap pentas-pentasnya. Dan berhasil menjadi idola baru dikalangan Sahabat Ambyar. Akankah dia mampu menggantikan tahta Sang Legenda Campur Sari. 

Dalam satu kesempatan di acara Festival Jamu dan Kuliner di penghujung 2019, kami sempat ketemu dan sedikit ngobrol. Kebetulan kami satu hotel di Cilacap, dia sosok yang sangat ramah dan familiar. Walau kami baru ketemu namun seperti sahabat lama yang baru ketemu. 

Selamat jalan sang legenda, Indonesia akan mengenang sosokmu sebagai seorang yang berjasa dibidang musik,  dan Sahabat Ambyar akan selalu mengenang karya-karyamu.  (KBC54|Kompasianer Brebes Jateng) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun