Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenyamanan di Kamar 411

9 Januari 2016   04:33 Diperbarui: 9 Januari 2016   04:50 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta. Meski itu adalah kota kelahiran sosok itu, tetap saja masih terasa asing. 18 tahun tinggal dan menghisap udaranya pada akhirnya lenyap karena merasa nyaman tinggal 21 tahun di Bandung. Akan tetapi, kenangan masa kecil di tepi pantai utara Jakarta begitu membekas. Tidak bisa digantikan dengan apa pun. Hmmm ... benar-benar pengalaman luar biasa bisa lahir, besar, berkawan para nelayan, membaur dengan lingkungan sekolah yang kadang harus tawuran sehingga 'terpaksa' membuang nama badge sekolah demi alasan keamanan tetapi tetap tidak masalah harus ke Terminal Senen buat mencari novel berseri Wiro Sableng, hingga menaiki beberapa metromini, kopaja, dan bus biasa/tingkat bernomor. Dan semua itu kini berubah.

Selalu ada hal baru saat kembali menjejak Jakarta. Seperti yang terjadi pada hari Jumat kemarin (11/12/2015). Sosok itu awalnya berniat ingin menaiki Trans Jakarta dari Bermis menuju Harmoni, lalu disambung bus yang sama dari Kota menuju Blok M. Semuanya berubah. Dia salah naik bus! Trans Jakarta yang dinaikinya ternyata berbelok ke Jl. Kayu Putih, bukan lurus menyusuri Jl. Perintis Kemerdekaan. Jelas bahwa bus itu tidak akan menuju Harmoni. Akan tetapi ini tidak masalah baginya. Dia pernah mengalami hal yang lebih unik lagi beberapa tahun lalu. Dua jam menunggu bus 08 di depan RS Mediros---yang akan mengantarkannya dari Pulogadung ke Blok M---ternyata memang sudah tidak ada. Semua sudah berubah. Jakarta terus berubah setiap minggunya. Mungkin hanya aksi copet yang tidak pernah berubah.

Sosok itu lalu bertanya pada orang di sebelah, kemana bus itu akan berakhir. Ternyata di Dukuh Atas. Cek sebentar lewat peta dunia mayanya, posisi Dukuh Atas sudah dekat dengan tempat yang akan dituju. Pengalaman baru, lanjut saja. Trans Jakarta yang dinaikinya melewati Pramuka, Matraman, Manggarai, Pasar Rumput, hingga sampai Dukuh Atas. Halte terakhir itu posisinya pas di bawah Jl. Sudirman. Dia bisa saja langsung naik jembatan penghubung hingga masuk ke halte Sudirman lalu dilanjut bus yang menuju Blok M, tetapi dia memilih jalan kaki menyusuri trotoar. Dia memperkirakan jarak dari Dukuh Atas ke Hotel Grand Sahid kurang dari 5 km lagi. Bukan jarak yang jauh. Sejak terbiasa lari hingga 21 km dirinya sudah tidak terlalu peduli dengan jarak. Jalan kaki menjadi alternatif sehat, sekalian memperhatikan para pelaku pedestrian lainnya. Bismillah.

HOTEL NYAMAN BERSAMA TEMAN

Pengalamannya menginap di hotel sudah tak berbilang. Dia bersyukur bisa merasakannya, dari berbagai kelas. Namun dari semua pengalaman menginap itu, tentu saja yang paling nyaman adalah kalau bersama teman-teman, tidak sendirian. Apalagi kalau mendapatkan teman sekamar yang cocok. Dijamin jauh lebih nyaman. Seperti itulah yang dialaminya saat akan menghadiri acara Kompasianival 2015 di Jakarta. Pihak panitia menyediakan penginapan yang dijamin kenyamanannya, plus dipilihkan seorang teman yang sudah klop kenyamanannya. Dan di sanalah sosok itu berada. Berdiri memandang kemegahan Hotel Grand Sahid di seberang, siap bertemu Mas Nuzulul dari Kompasianer Bonek Surabaya (Konek) yang sudah menunggu di Kamar 411.

Langit-langit yang tinggi, dengan ruang penyambut yang luas, begitulah ciri khas hotel berbintang 4 ke atas. Kelasnya begitu terasa. Pada langit-langit terdapat lukisan beberapa benda langit dan unsur/elemen yang ada di bumi di dalam lingkaran. Sebut saja matahari, bulan, bintang, api, tanah, laut, sungai, dan tanaman. Kurang lebih begitu, sedangkan pada bagian tengah terdapat bintang segi delapan yang melambangkan ke-8 unsur tersebut. Pada lingkaran luar ada nama-nama yang berasal dari bahasa Sansekerta. Secara berurutan ada surya, chandra, kartika, kisna, bhantala, samudra, tirta, dan dhahana. Setelah bertemu dengan resepsionis cantik dengan seragam hijau mudanya, tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan kunci cadangan setelah dipastikan Mas Nuzulul sedang keluar. Menaiki lift menuju lantai empat yang sepi, sosok itu kemudian mengucapkan salam saat memasuki kamar 411.

Kamar yang nyaman. Dua tempat tidur model spring bed bersanding di atas karpet coklat. Sprei dan selimut putihnya dipadupadankan dengan bantal kecil berwarna biru metalik, menutupi alas spring bed berwarna orange. Bersinergi dengan dua lukisan wayang di dinding kepala. Sementara di pojok ruangan terdapat meja kecil dengan sofa orange yang terus menggoda untuk bisa berleha-leha di sana. Namun, tempat favorit sosok itu yang selalu dicarinya di setiap hotel yang disinggahinya pun melambai, meja panjang untuk bekerja dengan kursi orange yang begitu lentur saat bersanding dengannya. Minuman panas pun siap tersedia untuk menghangatkan tenggorokan yang agak kering. Begitu pula dengan kamar mandi tipe pancuran yang sederhana siap menyegarkan tubuh yang terasa lengket. Sosok itu pun menikmati semua fasilitas itu dengan tenang sampai akhirnya Mas Nuzulul datang di malam harinya. Reuni yang membahagiakan.

MAKAN ASYIK DI ANDRAWINA

Pagi yang segar, waktunya sarapan. Inilah seremonial standar kalau menginap di hotel berbintang. Mencoba mencicipi makanan khas hotel sambil bersiap-siap pergi ke acara Kompasianival 2015. Setelah menikmati tidur nyaman di Kamar 411 setelah peristiwa salah naik bus TransJakarta, sarapan pertama di Andrawina Restaurant begitu berkesan. Bersama Efi dan Mbak Avy yang tidur di kamar sebelah, mereka berempat langsung memilih meja segiempat yang terletak tepat di bawah pohon buatan. Pojok jamu jelas menggoda sosok itu hingga memesan minuman jahe sebagai pembuka. Begitu banyak macam hidangan yang dipersiapkan sempat membuat dirinya gamang, namun akhirnya pilihan segera dijatuhkan pada bagian roti-rotian dengan minuman berupa candil segar. Entahlah, pagi itu tidak membuat dirinya bernafsu untuk sarapan. Tambahannya pun hanya berupa buah-buahan saja.

Sangat berbeda pada hari keduanya, sosok itu agak 'bernafsu' untuk sarapan. Bubur ayam dengan porsi penuh dengan tidak mengesampingkan roti-rotian yang memang begitu menggoda. Minuman segar berwarna hijau pun ikut mampir membasahi tenggorokannya setelah sempat menemani Mas Nuzulul yang mencicipi dinginnya kolam renang di lantai 3. Kolam renang yang dirancang secara artistik dengan konsep Bali. Sayang, lagi-lagi sosok itu hanya bisa mengagumi bentuk fisiknya tanpa harus ikut-ikutan untuk menggerak tubuh di dalam airnya yang biru. Biru karena permukan ubinnya. Ada kolam kecil khusus anak di sana sebagai pendamping kolam dewasa. Jika dipadupadankan antara kamar, restaurant, dan kolam renang di atas ... jelas memang terlihat perpaduan menarik 'where tradition, culture, and services merge'.

Secara keseluruhan dia merasa puas bisa menginap di Hotel Grand Sahid Jakarta. Dirinya bisa beristirahat dengan nyaman bersama teman di Kamar 411 setelah berlelah-lelah di acara Kompasianival 2015. Hanya saja memang pancoran air di kamar tersebut tidak maksimal panasnya pada hari pertama. Dan kondisi tersebut sudah disampaikan ke pihak hotel hingga diperbaiki pada hari kedua. Laporan yang segera direalisasikan perbaikannya dengan cekatan. Salut. Sajian koran di pagi hari juga semakin melengkapi pagi di hari Minggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun