Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generasi Muda Disiplin Lima Waktu: Sinergitas Antara Guru dan Orangtua

6 November 2022   08:10 Diperbarui: 6 November 2022   08:16 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://mtsnbaraka01.wordpress.com/2013/03/08/kegiatan-sholat-jamaah-dhuhur-tiap-kelas)

Persoalan akhlak peserta didik di sekolah memang telah menjadi fokus dan perhatian bersama oleh guru, orang tua, maupun pemerintah selaku pemangku kebijakan. Di era yang serba digital saat ini tentunya sekolah dituntut untuk bisa menyelaraskan antara pendidikan yang menyangkut kompetensi, pendidikan moral serta adab, maupun peningkatan keterampilan peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya. 

Namun yang menjadi ironis adalah masih kita temukan masalah bahwa sekolah justru selalu dijadikan tempat utama dalam misi membentuk akhlak anak. Padahal sejatinya, rumah dan orang tua adalah kunci utama dalam membentuk pola pendidikan adab anak sebelum di sekolah. Pendidikan dalam lingkungan keluargaa adalah faktor utama sebagai penentu kesiapan anak untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.

Menurut Taofik Yusmansyah (2008) ia menyatakan bahwa, penekanan pada pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abuddin Nata (2003), akhlak adalah budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru'ah, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat seseorang.

Dari dua pendapat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwasannya akhlak merupakan perbuatan yang sudah meresap terpatri dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam diri seseorang yang dilakukannya secara kontinyu, spontan, ringan, dan mudah tanpa memerlukan pemikiran atau renungan lagi. Perbuatan itu dapat berbentuk yang baik dan dapat pula berbentuk yang buruk. Hikmah dari dua komparasi di atas antara perbuatan yang baik dan buruk itulah yang pada akhirnya akan menimbulkan akhlak yang mulia.

Disiplin solat di sekolah adalah salah satu langkah awal dalam membiasakan pendidikan akhlak bagi peserta didik. Jika kita perhatikan dengan seksama, ibadah solat kerap dianggap sepele bagi sebagian anak di sekolah khususnya di sekolah-sekolah yang berada di perkotaan dan paling dekat dengan mobilitas ekonomi masyarakat. Banyak peserta didik yang harus dikejar terlebih dahulu oleh gurunya agar bisa solat berjamaah di sekolah. Belum lagi alasan lain seperti, beralasan karena haid bagi perempuan, alasan sakit, tidak membawa mukena, hingga yang memprihatinkan sengaja bolos ketika waktu solat tiba.

Membiasakan anak untuk dapat disiplin mengerjakan solat butuh waktu dan pembinaan yang lama. Adanya pembinaan dan pembiasaan bagi peserta didik serta pengawasan yang optimal dari para guru di sekolah akan menambah sikap kesadaran diri bagi peserta didik untuk disiplin mengerjakan solat.

Lalu, apa wujud kerjasama yang dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk dapat mendisiplinkan anak agar senantiasa melaksanakan solat?

1. Memberikan Contoh

Anak-anak biasanya gemar meniru orang tua mereka di rumah. Maka dari itu, sebagai orang tua kita perlu memberikan contoh yang baik kepada anak dalam mengerjakan solat 5 waktu. Mengajak anak solat berjamaah, mengajarkan rukun serta memahami tata cara pengerjaan solat, dan mengajarkan anak memelajari doa-doa solat adalah  cara yang baik untuk dapat membiasakan anak mengerjakan solat.  Orang tua adalah contoh utama bagi anak dtentang apa artinya menjadi muslim yang baik. Serta yang paling utama adalah menanamkan kesadaran diri kepada anak akan pentingnya solat.

2. Menjelaskan dengan tayangan visual

Anak-anak sulit memahami hal yang abstrak. Sebaliknya, mereka bisa merespons dengan baik gambar dan tayangan video. Agar anak memahami dan mengingat waktu solat serta tata cara melaksanakan solat. Sebagai orang tua kita bisa menyediakan gambar berupa poter yang menarik yang menjelaskan tentang tata cara melaksanakan solat. Selain itu, kita bisa menyediakan  tayangan video dari tab atau Ipad untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan solat bagi anak. Selain itu, kita bisa mengarahkan anak untuk menempelkan sticker warna apabila anak sudah melaksanakan solat tepat waktu sehingga kita bisa menanamkan pemahaman kepada anak bahwa Allah SWT senang dengan hamba-hamba-Nya yang mengerjakan solat.

3. Menasihati anak tentang pentingnya solat

Orang tua dapat meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dan menasihati anak. Kemudian jika anak tidak ingin melaksanakan solat berikan nasihat tentang akibat dari tidak melaksanakannya, Cara ini dapat membuat anak takut dan muncul raa bersalah apabika sering meninggalkan solat.

4. Kenalkan anak kepada Allah

Memberikan pemahaman yang optimal kepada anak tentang memperkenalkan Allah kepada anak adalah cara yang baik untuk mebiasakan anak mengerjakan solat. Sebagai guru atau orang tua kita dapat memberikan tayangan video berupa asma'ul husna atau nama-nama yang baik dimiliki Allah SWT. Tak lupa pula kita menjelaskan dari sifat-sifat tersebut dengan memanfaatkan beragam reerensi yang tersedia.

5. Memberi semangat dan pujian atas usahanya yang telah mendirikan solat

Anak yang rajin mengerjakan solat agaknya perlu kita berikan penghargaan atau reward yang sesuai. Hal tersebut bukan merupakan suatu yang salah melainkan adalah sebuah cara untuk lebih memotivasi anak agar lebih disiplin mengerjakan solat. Jika pemberian reward dan motivasi telah dilakukan, maka sebagai orang tua kita mengharapkan adanya kesadaran anak untuk dapat menjaga akhlak yang baik serta senantiasa disiplin mengerjakan solat lima waktu.

#SalamLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun