Perkaderan IMM tidak boleh hanya mengajarkan cara berorganisasi, tetapi juga harus menjadi wahana pendidikan berpikir. Maka, setiap jenjang kaderisasi seperti Darul Arqam Dasar (DAD), Darul Arqam Madya (DAM), hingga Darul Arqam Paripurna (DAP) harus dirancang dengan porsi besar pada materi filsafat, metodologi ilmu, dan pemikiran Islam kontemporer. Kader didorong untuk mampu menulis, meneliti, dan berdiskusi secara kritis. Kegiatan-kegiatan pasca-perkaderan seperti reading group, writing camp, dan diskusi ideologis harus menjadi tradisi.
2. Penanaman Nilai Spiritual-Transenden
Kecerdasan intelektual yang tidak ditopang oleh spiritualitas hanya akan melahirkan kader cerdas namun hampa nilai. IMM harus memposisikan agama sebagai sumber inspirasi gerakan, bukan hanya ritualitas. Nilai-nilai profetik seperti kejujuran, keberanian, keteladanan, dan kesabaran harus menjadi napas dalam kehidupan kader sehari-hari. IMM harus menjadi pengawal Islam rahmatan lil 'alamin yang transformatif, bukan dogmatis.
3. Penguatan Kapasitas Kader di Ranah Sosial
Intelektual sejati bukan mereka yang hanya berteori, tetapi yang juga bersedia turun tangan dalam menyelesaikan persoalan rakyat. Maka, IMM harus memfasilitasi kadernya untuk terlibat aktif dalam advokasi sosial, pengabdian masyarakat, penelitian aksi, hingga gerakan sosial-politik yang bermoral. IMM harus kembali hadir sebagai suara nurani masyarakat kampus dan umat. Intelektual profetik berarti tidak hanya bisa menulis opini, tetapi juga mendirikan posko bencana. Bukan hanya mengkritik di seminar, tetapi juga bergerak di jalanan jika keadilan dilanggar.
Tantangan dan Harapan
Mengarusutamakan Intelektual Profetik dalam arah gerak perkaderan tentu bukan perkara mudah. Tantangan struktural seperti lemahnya manajemen kaderisasi, kurangnya literatur yang memadai, hingga budaya pragmatisme organisasi menjadi batu sandungan yang harus diatasi secara kolektif. Maka, perlu sinergi antara Dewan Pimpinan Cabang, Komisariat, dan para alumni IMM untuk memperkuat ekosistem kaderisasi berbasis nilai.
Kita membutuhkan keberanian untuk melakukan evaluasi menyeluruh atas pola perkaderan yang selama ini berjalan. Apakah kader benar-benar mengalami transformasi nilai setelah DAD? Apakah komisariat memberikan ruang aktualisasi intelektual bagi kadernya? Apakah kader IMM hari ini masih percaya bahwa ilmu adalah alat pembebas, bukan sekadar alat cari kerja?
Sebagai Ketua Bidang Kader PC IMM Banyumas 2025/2026, saya percaya bahwa arah gerak Intelektual Profetik bukan sekadar idealisme kosong. Ia adalah tuntunan, bukan angan-angan. Ia adalah strategi jangka panjang dalam membangun peradaban mahasiswa yang Islami, kritis, dan solutif. IMM bukan sekadar organisasi kampus, tetapi kawah candradimuka pembentukan manusia ideal: ilmuwan yang saleh, aktivis yang berakhlak, pemimpin yang adil.
Mari kita wujudkan IMM sebagai rumah kader intelektual profetik, yang tidak hanya berbicara tentang perubahan, tetapi menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI