"No, no! Aku hanya membelai dan memijatnya saban pagi!" Kumbang membela diri. " Anda bisa tanyakan saja kepada angin, tuan Belalang!" Usul Kumbang mengelak.
Dan saat angin meniup, pakde Belalang menangkapnya. "Wahai mister Angin, kau juga salah satu pacar Mawar, apa yang telah engkau perbuat kepadanya?" Tuduhnya.Â
Tidak, tidak! Bukan aku. Aku cuma mengusapnya dan membawa serbuk sarinya terbang!" Bela Angin.
"Lalu siapa yang membikin Mawar merah sakit!" Teriak Belalang. " Ya, jangan tanya saya! Kok tanyak saya!" Jawab pacar-pacar Mawar serentak.
Akhirnya Pakde Belalang mendekati Mawar yang sakit, mata belalangnya tampak lebih keluar. Cermin matanya meneliti seluruh tubuh helai merah mawar hingga ke  kelopaknya yang terdalam. Akhirnya tatap mata bendulnya berhenti ketika dia melihat satu lubang kecil tersamar di dalam kelopak Mawar.
Lalu dengan kakinya yang berbulu, Belalang menyentuh luka Mawar. "Auuw! Sakit!" Mawar menjerit.
" Hai, Mawar cantik! Siapa yang telah menggiggitmu?" Tegas Belalang mendesak. Tapi Mawar bungkam. Sementara Tabib Belalang, terus menelusuri dan menemukan tempat tidur Mawar yang tampak amburadul.Â
"Wahai Mawar merah, apakah engkau menyimpan cinta rahasia?" Kembali Belalang menekan Mawar. Namun mata bendul belalangnya tetap waspada saat dia melihat seekor cacing di bawah tempat tidur Mawar berlendat lendut ingin melarikan diri.
Dengan sigap, Pakde Belalang menangkap si cacing yang meronta-ronta dalam cengkeramannya. "Ini dia biang keroknya!"
"Ampun pakde!" Jerit cacing nguget-uget."Lepaskan aku!"Â
Pakde Belalang mengangkat cacing ke hadapan Mawar. "Kalian berdua telah menjalin cinta terlarang! Tidak boleh ada hubungan cacing dengan Mawar, dan kau cacing, kau bukanlah salah satu pacar dari Mawar seperti kupu, kumbang atau angin! Kau tahu?!" Belalang memberi peringatan.