Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermin

24 September 2025   14:53 Diperbarui: 24 September 2025   14:53 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mirror Girl. Sumber pixabay.com

Susan mendengarkan nyanyian lembut dari dasbor. Tom memegang kemudi dengan tenang. Mobil melaju di aspal yang lengang dalam balutan malam.

Aku mau bercerai! Tiba-tiba Susan bersuara. Membuat Tom tercengang, sedetik kemudi bergolak ikut menerima syok. Tom mendetak rem lalu menyisikan mobil ke tepi. Suami itu memandangi istrinya yang tak bergerak.

Aku ingin cerai Tomi! Ulang Susan sedikit kalem. Kenapa? Tom membuang udara yang tiba-tiba meningkat di dalam paru-parunya.

Susan tidak menjawab, dia mengunci bibir indahnya, lengannya membelokkan cermin spion ke wajahnya dan perempuan itu hanya memandangi parasnya di dalam cermin. 

Tom berusaha mengelus lengannya tapi Susan bergeming, dia terus saja bercermin.
Oke kita pulang dahulu! Sergah Tom, tapi Susan masih saja bercermin.

Tak lama mereka tiba dan masuk rumah. Tom duduk di sofa berharap membuka pembicaraan penting tentang keinginan mengejutkan dari istrinya.

Tapi Susan melewatinya, dia melangkah ke ruang taman belakang yang asri, lalu duduk di muka cermin besar. Tom menatapnya.
Emang sudah dua pekan ini, Susan menghabiskan banyak waktunya di depan cermin yang belum lama dibelinya. 

Susan, apa yang membuatmu ingin berpisah? Tom mendekat lekat. Susan  tersenyum tipis masih di dalam cermin.
Perempuan asing yang dulu itu kembali lagi! Katanya sembari menatap bayangnya di cermin.

Perempuan manakah sayang? Tom sedikit sok asik dia ikut pula masuk ke dalam ruang cermin.
Aku telah mengabaikannya sepanjang hidupku padahal dia mengenalku luar dalam. Aku merindukannya Tomi! 

Mata Susan mengupas bayangan dalam cerminnya seperti menyesal pernah meninggalkan bayangan itu sendirian di masa silam.

Tom terdiam, dia hanya menatap dirinya dan istrinya di dalam cermin.Tom menarik nafas dalam. Dia membelai rambut Susan. 

Sebaiknya kita tidur sayang? Katanya.
Susan menggeleng samar. Tidurlah Tom! Aku masih ingin di sini!
Okei! Tom menyambung lirih, membiarkan istrinya duduk di cermin seperti kemarin-kemarin yang telah dia lakukan.

***
Malam berlalu dan pagi telah mengenyahkannya. 

Susan menyiapkan sarapan seperti biasa buat Tom yang segera bekerja. Tak ada raut tersisa dari semalam, dan Tom tak berkehendak memecah bicara dengan kasus semalam, di pagi terang seperti ini. 

Meski kepalanya menggantung, Tom beranjak kerja sehabis mencium Susan.

Sehempas jam kantor, Tom membelokkan mobilnya ke pertokoan cermin dengan hati baper. Berhenti di depan toko dimana Susan membeli cerminnya, Tom melangkah masuk dengan gamang.

Selamat sore, Tuan! Pemilik toko menyeruak dari balik puluhan cermin yang gede-gede.
Sore! Sahut Tom.
Cermin apa yang anda inginkan, Tuan?  Bolehkah saya melihat-lihat? Ah! Silakan Tuan! Toke toko itu membungkuk memberi jalan.

Tom menyusuri ruang cermin-cermin dan ternyata lajur toko itu cukup luas, cukup banyak pula lelaki yang sedang melihat-lihat seperti dirinya. Wajah para lelaki itu terlihat redup, mungkin serupa dengan wajah Tom sendiri saat itu.

Seorang pengunjung lelaki sebaya mendekati Tom. Dia berbisik. Apakah istri anda juga minta bercerai? 

Tom terperangan, hatinya terguncang. Dia bergegas melangkah keluar meninggalkan lelaki itu dan keluar dari ruang cermin. 

Di beranda toko, dia melihat beberapa perempuan sedang asyik memilih cermin dan sebagian  bertransaksi.

Spontan Tom menghampiri perempuan itu dan menarik lengannya.  
Apakah anda bersuami? Tom bertanya tegang.
Hey! Tentu saja saya bersuami. Ada masalah apa dengan anda? Perempuan itu mengibaskan lengannya.

Nyonya tidak akan membeli cermin di sini! Suara Tom mengeras. Selamatkan perkawinan anda! Sambung Tom terengah.

Perempuan-perempuan pembeli cermin itu memiringkan kepalanya dan mengibaskan tangan mereka. Bibir Toke pemilik cermin ikut  tersenyum garis, lengannya memberi aba supaya Tom enyah dari toko cerminnya. 

Tom melangkah menjauh seperti tak berdaya, dia menyusuri deretan cermin-cermin di sisi jalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun