Tom terdiam, dia hanya menatap dirinya dan istrinya di dalam cermin.Tom menarik nafas dalam. Dia membelai rambut Susan.Â
Sebaiknya kita tidur sayang? Katanya.
Susan menggeleng samar. Tidurlah Tom! Aku masih ingin di sini!
Okei! Tom menyambung lirih, membiarkan istrinya duduk di cermin seperti kemarin-kemarin yang telah dia lakukan.
***
Malam berlalu dan pagi telah mengenyahkannya.Â
Susan menyiapkan sarapan seperti biasa buat Tom yang segera bekerja. Tak ada raut tersisa dari semalam, dan Tom tak berkehendak memecah bicara dengan kasus semalam, di pagi terang seperti ini.Â
Meski kepalanya menggantung, Tom beranjak kerja sehabis mencium Susan.
Sehempas jam kantor, Tom membelokkan mobilnya ke pertokoan cermin dengan hati baper. Berhenti di depan toko dimana Susan membeli cerminnya, Tom melangkah masuk dengan gamang.
Selamat sore, Tuan! Pemilik toko menyeruak dari balik puluhan cermin yang gede-gede.
Sore! Sahut Tom.
Cermin apa yang anda inginkan, Tuan? Â Bolehkah saya melihat-lihat? Ah! Silakan Tuan! Toke toko itu membungkuk memberi jalan.
Tom menyusuri ruang cermin-cermin dan ternyata lajur toko itu cukup luas, cukup banyak pula lelaki yang sedang melihat-lihat seperti dirinya. Wajah para lelaki itu terlihat redup, mungkin serupa dengan wajah Tom sendiri saat itu.
Seorang pengunjung lelaki sebaya mendekati Tom. Dia berbisik. Apakah istri anda juga minta bercerai?Â
Tom terperangan, hatinya terguncang. Dia bergegas melangkah keluar meninggalkan lelaki itu dan keluar dari ruang cermin.Â
Di beranda toko, dia melihat beberapa perempuan sedang asyik memilih cermin dan sebagian  bertransaksi.