Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sampah

20 November 2021   22:45 Diperbarui: 20 November 2021   22:51 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Hari menjelang sore, orang-orang bagai memiliki janji yang sama di weekend ini. Berbondong menempuh  rumah-rumah rileks, seperti toko buku, toko kelontong, toko rupa-rupa sampai tempat hiburan seperti kafe dan bar. Terutama para lelaki, mereka menghabiskan duit untuk melepaskan penat kerja satu minggunya, untuk berbincang dan minum bersama makanan kecil atau kletikan. 

Tak terkecuali para pekerja pengumpul sampah kota, tak luput melepas dahaga dan melepas semerbak mereka untuk menukarnya dengan bau minuman ragi yang menusuk lubang hidung. Beberapa tukang sampah tampak berbarengan melangkah dengan kaki yang seirama berbelok memasuki pintu bar yang menyemprotkan angin sejuk di berandanya. 

Wajah-wajah mereka berbeda dengan wajah mereka pada saat mengolah sampah.  Begitu juga baju-baju mereka terlihat sporti, tidak terkesan bahwa mereka adalah orang-orang berwarepack oranye di keseharian terik dan hujan.

Saya yang berdiri di depan bar semenjak tadi hanya memandangi mereka, meski saya sangat familier dengan mereka, bahkan wajah-wajah satu persatu lelaki itu, saya tidak berniat untuk menyapa mereka. Saya sudah mengetahui jadual mereka di ujung minggu, yaitu minum-minum di bar 'Rex Disposal. Co'. 

Saya yakin mereka juga pasti mengenal saya dengan baik seandainya mereka melihat tampang saya, namun saya lebih memilih bersembunyi di balik dinding seng yang banyak bertebaran di pedestrian jalan. Terus terang saya tidak mau mengganggu kebahagiaan mereka yang sedang menghabiskan waktu idaman mereka sehabis disandera oleh rutinitas mereka.

Saya biasa duduk tersembunyi bersama yang lain, biasanya sampai berhari-hari saya betah begini, saya memang tidak punya pekerjaan, hanya menunggu waktu berputar, melihat sekeliling jalanan dari pagi hingga malalam, dari malam hingga subuh. 

Itulah! Saya sukak banget denga pemuda-pemuda pembersih sampah yang saya maksud tadi. Mengamati mereka bekerja, sangat menenangkan hati saya, meski beberapa kali mereka membawa saya, ketika mereka sedang bekerja. Bahkan saya menyadari bahwa saya hidup dan menghabiskan setiap hari dengan para pemuda sampah ini.

Pekerja sampah yang telah hadir di permulaan hari yang masih buram, mereka datang dengan truk abu-abu mereka yang terburu-buru menekan matahari untuk tidak segera terbit. Coverall yang mereka gunakan dan tempat sampah yang bergulingan dilemparkan ke bak truk, membuat saya terjaga oleh suara bising akan benturan logam tempat sampah dengan kaleng truk. 

Mereka harus menggulung sampah-sampah yang ada di kantong kaleng sampah tepi jalan dan tepi perkantoran yang masih tertidur. Terkadang mereka harus membawa forklift untuk mengangkat bins yang berukuran besar, pengemudi vehicle dengan gear yang beragam dari naik, turun, kiri, kanan garpunya memerlukan keterampilan tersendiri. 

Meskipun tidak memerlukan ijasah strata-1, petugas-petugas sampah ini memiliki posisi yang khas.  Pekerjaan ini menjadi incaran macam pemuda-pemuda ini, yaitu dengan level kecerdasan yang tak terlalu rumit mereka dapat mengajukan aplikasi untuk mendapatkan pekerjaan semacam ini. 

Saya selalu bergembira, melihat mereka bekerja dengan linear, tanpa rumus-rumus seperti insinyur, sederhana, terampil dan jelas ke sasaran.  Mereka berlari bolak-balik dengan tempat sampah mereka untuk memindahkan sampah itu pergi ke suatu tempat. Saya sendiri selalu berharap bisa ikut dalam kesibukan mereka, hanyut ke dalam tangan-tangan mereka yang cekatan. 

Melemparkan gulungan sampah ke udara lalu mendarat di badan truk mereka yang berjalan perlahan. Dan mereka selalu tertawa seakan ini permainan hari yang gelap menuju terang, di sinar kota yang segera mulai memerah dari mentari yang tak tahan bersembunyi. Mereka berteriak satu sama lain dengan pola yang sama ketika sampah-sampah itu memenuhi truk mereka.

Lalu truk mengemudi ke arah barat melawan matahari untuk menutup hari yang terlalu dini yang telah mereka mulai. Sampah-sampah ini harus segera di olah sebelum sampah sampah lain datang saling susul menyusul. Sehingga begitu matahari tenggelam, sejarah bau dan remah, tidak tertinggal dalam bekasnya. 

Hanya sampah-sampah baru yang memulai dan mengulang ceritanya kembali. memenuhi tong-tong sampah, di sepanjang pedestrian, di depan mall, di depan bengkel dan tentu saja di depan kafe dan bar tempat pemuda-pemuda pengangkut sampah itu bercengekrama. 

Mereka akan mendarat di markasnya yaitu sebauh bar yang sama setiap malamnya. Melepaskan segala dahaga dan beban sampah yang membebaninya, bernyanyi dan mereguk minuman berbuih dan berbau ragi.Mereka wajib melupakan pekerjaannya jika sudah demikian, bahkan sampah-sampah di depan tempat minum-minum mereka. 

Dan saya selalu saja merasa sedih ketika berada di saat-saat seperti ini. Mereka telah membuang sampah untuk hari ini dan minum untuk lelahnya. Tidak seorangpun dari mereka yang tahu bahwa saya masih hidup dan berada  di depan tempat mereka minum-minum dan bersenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun