Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung-burung Hujan

17 September 2021   23:59 Diperbarui: 18 September 2021   00:08 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dari pixabay.com

Kami pulang ke rumah ketika hujan sudah mengering, air jalanan juga sudah menyurut. Terlihat beberapa burung beterbangan melepas hujan. Bapak memandangi beberapa burung di atas kepalanya.

Burung-burung itu,Le! Kata bapak membuka kantung plastik berisi roti yang dibawanya, lalu menebarkannya ke tanah. Serta merta burung-burung kecil itu menyambut remah-remah yang berserak, mahluk bersayap itu mematuk-matuk seperti kelaparan.

Saya baru menyadari bahwasetelah kepulangan ibu, bapak  kadang memberi remah-remah burung di sekitar rumah kami, pantas saja beberapa hari terakhir ini banyak burung berjejer di dahan dan kawat listrik rumah kami. Rupanya mereka menunggu remah-remah pemberian bapak.

Burung-burung itu begitu kurus dan menggigil, Pak! Sahut saya memperhatikan unggas merana itu. Bapak mengangguk setuju.

Remah-remah begitu irit, dan mereka begitu berharap! Kata bapak. 

Lalu kami lanjut berjalan, sampai satu ketika langkah bapak berhenti, tepat di depan pos keamanan yang sudah tidak terpakai. 

Kau pulang saja dulu, Le! Aku mau melihat burung-burung itu! Kata bapak sambil menghampiri pos ronda rusak. Saya lihat memang cukup banyak burung-burung kecil berkeliaran di dalamnya. Saya baru menyadarinya selama ini, kalau pos bekas itu ternyata ditempati oleh para unggas kecil itu. Saya menuruti perintah bapak untuk pulang terlebih dahulu, sambil memandangi burung-burung kecil yang pucat dan berbulu basah disana.

Dari kejauhan jarak, saya lihat bapak memasuki pos kayu lusuh itu namun burung-burung di dalam dan sekitarnya tak terlihat  beterbangan atau bahkan beranjak. Ada sedikit ragu meninggalkan bapak disana, tapi saya pikir  barangkali hal ini bisa menghibur kesedihan bapak. Tak mengapa, pikir saya.

Waktu menunjukkan tengah hari lewat, hati saya khawatir karena bapak belum juga tiba di rumah, sehingga saya memutuskan pergi menjemputnya.  Saat mendekati  kotak rumah hansip itu saya tidak mendengar apa-apa, hanya suara sepi, namun segera saja mata saya melihat bapak di dalamnya seperti tertidur dengan posisi duduk dikelilingi burung-burung mungil. 

Saya juga melihat , semua mahluk kecil bersayap itu tergeletak membeku di lantai pos. Sedikit bergidik, saya memegang bahu bapak perlahan dan beliau merespon terkejut, saya pun bernapas lega bahwa bapak ternyata tidak kurang suatu apa. Lalu saya mengambil tangan bapak dan membawa lelaki tua tercinta itu pulang.

Burung-burung di pos itu telah mati semua, pak! Kata saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun