Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lubang

31 Agustus 2021   12:54 Diperbarui: 31 Agustus 2021   13:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Kevin merasa memiliki lubang di tubuhnya, tapi tanpa rasa kesakitan melainkan penderitaan. Kevin pergi ke dokter tapi dokter tidak menemukan sesuatupun apalagi lubang, seperti yang dikeluhkan Kevin.  Fisiknya sehat, kata dokter. Tapi Kevin bersikeras tetap memiliki bolong dalam dirinya.

Sakit tau! Curhatnya.
Mama Kevin berpikir jika anak indonya ini hanya kelelahan musabab terlalu banyak aktivitas di medsos. Kevin perlu istirahat lebih lama, nasihatnya kepada sang putra.

No, Moms! Kevin bukan generasi rebah, jika Kevin rebahan, bolong itu semakin terasa Mommy! Debat Kevin karena merasa dia yang memiliki tubuhnya sendiri, bukan orangtuanya.  
Mama Kevin menjadi tidak sabar, karena dokter sudah menyatakan tidak ada yang bolong di dalam diri Kevin, dan pula telah memberi dosis penenang diri. Tapi Kevin membuangnya, karena Kevin beralasan bahwa dia bukan pemuda setres.

Obat itu tidak bisa menutup lubang! Jelas Kevin kepada Mama.
Oke, young man! Sekarang maumu apa? Mama Kevin menantang anaknya untuk mandiri dalam mengatasi kesulitannya.

Kevin terlihat memutar otaknya yang juga menandakan bahwa otaknya juga sedang berputar. Dia kemudian menceritakan kepada mamanya pengalaman yang diingatnya, ketika mamanya kehilangan satu butir mutiara  dari untaian kalung mutiara milik Mamanya.

Mama ingat kan, soal kalung mutiara itu? Balas Kevin untuk mengingatkan kisah.
Mama Kevin tidak menjawab, bibirnya langsung terlihat kelu, wajahnyapun berubah mendung.
Itu menyakitkan, tau Kevin! Mama menyela, kenapa Kevin tega mengungkit peristiwa silam itu. 

Itu adalah sebuah peristiwa ketika mamanya kehilangan satu butir mutiara dari kalung yang sangat dicintainya. Dan ketika satu butir mutiaranya hilang itu harus digantikan dengan butir mutiara yang berbeda sebab tak tersedianya stok yang serupa, Mama Kevin merasa nyesek.

Dimana kalung itu? Kevin dengan kejam mendesak Mama kandungnya. Dan perempuan itu tersengguk sampai menitikkan air dari mata.
Sejak diganti dengan sebutir mutiara yang berbeda, kalung itu sudah tidak sama lagi, Kevin! Mama merunduk lara dan Kevin jadi tidak tega, dia menyesal, lalu memeluk Mamanya. Kedua ibu beranak itu berdekapan.

Semenjak kejadian itu Mama bisa memaklumi kebolongan yang ada di tubuh Kevin, meski Mama secara fisik tidak dapat melihat lubang itu, tapi dia dapat merasakan lubang itu.

Kita harus melewatinya, anakku lanang!
Begitu Mama Kevin memberi semangat.  Hingga pada satu ketika Kevin merasakan lubang itu seperti jurang, mama tetap menghiburnya sampai rasa sakit dari lubang itu terlampaui. Mama mengipasi Kevin yang dipikirnya bisa mengurangi derita anaknya, namun kelihatannya sia-sia.

Tidak bisa Mama. Lubang ini tidak bisa ditutup dengan udara! Kata Kevin lemah.
Ngomong-ngomong, lubang itu seperti apa, nak Kevin? Mama kepo lagi.
Seperti jurang, Mama!  Keluh Kevin yang akhirnya terlelap seperti berusaha mengenyahkan derita.

Mama hanya menatapi putra semata wayangnya dengan hati sedih sambil tetap berharap bahwa rasa bolong ini akan mereda bersama berjalannya waktu.

***
Sampailah kisah pada suatu hari seorang Tukang Solder lewat di muka rumah Kevin dengan mengeluarkan bunyi kecrik-kecrik. Mama yang mendengarnya merasa ganjil bahwa masih ada tukang solder di jaman mileneal ini.
Mama Kevin pun refleks berlari ke ruang dapur saat mengingat akan panci lawasnya yang bolong dan belum sempat dibuang, dia mengambilnya dan menenteng panci itu sambil berlari  ke depan meneriakkan abang solder.

Abang Solder! Kemari Bang! Jeritnya.
Tukang solder tua itu mengerling lewat topi pandannya  dan menghampiri calon pelanggannya.

Wah! Gede banget, Non! Babang Solder terpana melihat lubang panci yang cukup lebar.
Gak bisa ya , Bang? Tanya mama.
Selama saya tau penyebabnya, saya bisa menambalnya, Non! Jawab Abang dengan gaya profesional. Lalu tangannya bekerja dengan tangkas merampungkan penutupan lubang.

Setelah selesai, Mama Kevin memperhatikan tambalan solder yang seperti menyatu dengan logam aslinya meski samar terlihat batas dan warna dua logam berbeda. Pekerjaan mengisi celah dilakukan dengan mahir bak seorang ahli tambal, seakan tidak terlihat pernah terjadi lubang di dasar panci itu.

Keviin! Tiba-tiba Mama berteriak memanggil Kevin yang sedang rebah di sofa tamu.
Ada apa sih, Ma! Kevin keluar dengan langkah terhuyung, dia merasakan sedikit vertigo karena sedang kumat penyakit lubang yang ada di dalam dirinya.

Ini anak saya , Bang Solder! Dia sedang sakit, bahwa selama ini  dia merasa ada lubang di dalam dirinya. Maaf.. kok tiba-tiba saja, saya merasa Babang Solder bisa menolong untuk menambalnya... Mama Kevin ngomong terbata-bata.

Abang Solder memandang ke arah Kevin sambil mengerutkan dahinya, lalu dia menghela nafas panjang.
Maaf Non, sepertinya lubang yang ada di anak ini, sudah terlalu besar, saya tidak bisa menambalnya dengan saya punya bahan yang berbeda ini. Bisa sembuh sih, tapiii...

Tapi apa Bang? Sergah Mama Kevin berharap cemas.
Mmm..Ini bisa disembuhkan ya, asal lubangnya harus diisi oleh material yang sama dengan bahan yang jadi penyebabnya. Lanjut Tukang Solder.
Katakan Abang! Katakan Abang! Lubang Kevin harus diisi dengan apa?

Sama pacarnya yang ghosting! Kata Babang Solder.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun