Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tiket Kematian

6 Juli 2019   00:00 Diperbarui: 6 Juli 2019   15:22 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi papan putih. (pixabay/PixMedia)

Namun lagi lagi lidahku kelu, sehingga jangankan suara, udara nafaskupun tidak terasa hembusnya.

Sedikit berkeringat dimalam yang sejuk, aku berjalan shortcut, melalui jalan kecil kearah rumahku. Sekonyong hati menarik ingin segera menemui istriku yang tersendiri menanti dirumah, karena hanya kami berdua yang tersisa setelah anak kami memiliki kehidupannya sendiri.

Entah untuk menebus religiusitas kerna setahuku, istriku jauh melampauiku. Sangat ingin aku mengakui bahwa seiring  berjalannya waktu, rasioku memudar sementara aliran emosional malah menderas.

Aku akan berjajnji kepada istriku, untuk tidak marah marah dan akan menjatah perasaan emosi kerna ketidak mampuan mata duniawiku melihat kebenaran yang lebih besar.

Tiba dimuka pintu kayu rumah, istriku menjelang dengan senyumnya dan menyapa.

"Kamu sudah melihat tiketnya sayang?"

Aku mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun