Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Piala Champions bersama Dua Lipa dan Adele

1 Juni 2019   13:41 Diperbarui: 1 Juni 2019   13:55 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

L'estate sta finend. Allez, Allez, Allez ! Dan lagu rohani Liverpudian ini akan terus bergema sepanjang laga memenuhi Wanda Metropolitano, Madrid . Apakah mistik ini akan memenangkan Liverpool merebut piala kuping caplang kali ini? Tidak semudah itu Ferguso!

Ini adalah perang pressure football Liverpool melawan counter attack Tottenham Hotspurs.

Memang Jurgen Klopp telah menemukan jati dirinya, terlebih sehabis masa menjadi bos di Borrusia Dortmund, dia tak lagi melulu berpola tanpa libero 4-4-2 seperti idolanya, Arrigo Sacchi yang terpaku pada  legenda belakang AC Milan, Maldini-Baresi-Albertini. Klopp sekarang milenial, dia gairah dengan layar sentuhnya, seperti arsitek yang merangkai pola puzzle yang paling cucok. Dia memang enggan berpikir lama dalam taktik, lebih memainkan jemarinya di touch screen dan mendapatkan aplikasinya sendiri dengan memenangkan potongan adegan aktual dilapangan.

Sejak "The Normal One"  ini melatih di  2015, Liverpool mulai ber standard Jerman, yaitu pemain pemain yang solid dan taktis. Seperti garis 4 midfielder  Roberto Firmino, James Milner, Alex Oxlade dan Sergio Mane.

Sayap Firmino dan Mane adalah trisula dengan Mo (Mohammed Salah) ujung peruncingnya, semua orang pasti tahu. Tetapi Firmino dan Milner bisa juga menjelma triangle serang kiri, menyokong Mane, ketika mengalami kebuntuan yang terjadi di kelemahan Mo yang hanya bertumpu di kekuatan kaki kanannya.


Lagian kesukaan Klopp mendewakan counter pressure selalu dilakoni dengan baik oleh Firmino dan Mane. Dengan Milner memberi umpan lambung tipuan  ke pertahanan lawan , sepasang sayap ini  sudah  curi start memburu dan melumpuhkan lawan penerima bola yang lengah karena masih mendongak menyambut bola atas.

Tetapi hati hati, The Lilywhites juga sangat cepat tapi sayang juga sangat rentan.  Cepat dengan Son dan Kane tapi rentan pada gelandang tengah pengatur bola yang selalu di press dari empat sudut oleh Salah, Mane, Milner dan Oxlade.  Sementara  midfielder dalam Spurs, Sissoko dan Wanyama bisa membiarkan Mane dan Salah jatuh jauh ke fullback, dan mencuri sayap tengah untuk siap menyerang.  Peranan playmaker bek tengah Alderweireld dan Vertongen yang angin anginan adalah kerentanan Spurs. Tapi kalo lagi anginnya baik, mereka bisa melakukan counter attack yang jika melewati duapertiga lapangan, maka Dele, Eriksen, Son dan Kane akan menjadi hantu menakutkan buat defender the Reds.

Spurs dengan 3-4-2-1 bisa menang jika memainkan taktik fleksibilitas dengan mulus,  menghindari sentral dan main disayap atau berbalik, menghindari sayap, main ditengah tergantung situasi. Kerena Liverpool adalah peretas lapangan tengah yang tsm (terstruktur, sistematis dan masif) dengan central pressure footbalnya yang paten.

Seperti status para kompasioner  di Kompasiana, Liverpool sudah 6 kali mematok final eropa  tanpa juara, mungkin masuk kelas penjelajah, sedangkan Tottenham sama sekali belum pernah, jadi pasti masuk  sebagai kelas debutan.

Namun didalam sejarah EPL, ini memang persaingan keras dua pelatih Pochettino vs Klopp, mereka sudah tst, tau sama tau. Mungkin menarik, akan terjadi perubahan taktik dinamis sepanjang laga. Seperti pencak silat,  lu jual gue beli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun