Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Gagal

13 Februari 2019   01:26 Diperbarui: 13 Februari 2019   02:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berdiri diantara kamu dan lelakimu. Yang seperti kata Iwan Fals, aku lelakimu. 

Aku cemburu, seperti suara lengking Once Mekel dialunan ingin kubunuh pacarmu.

Kamu memang enggak pernah jelas mendua hati yang kamu bilang suara hati tak terhindari. Cinta kadang aneh tapi enggak begini juga.

"Kalo kamu salah satu pergi, kita semua selesai" Bri bilang begitu lewat bibir indahnya.

"Bri! Ini kejahatan cinta, kamu enggak bisa memacari kami sekaligua. Kamu musti memilih salah satu. Aku ato lelaki itu?" Kataku disatu malam saat aplusanku apel.

"Aku tak hasrat membahasnya, Yang?" mata beloknya menatapku sambil menjemput telapak tanganku. Kalo udah demikian, paras elok dan wanginya yang semerbak ikut mematikan nalar mensrea ku. Bri selalu begitu. Memikat wuzz.. seperti embun, lalu rebah berkilat dipermadani rumput hijau. Mecipta cinta yang genuine betah berlama lama.

"Besok minggu aku pulang ke mama" Bri memecah pesona.

"Lalu?"

"Skedul kamu jadi Selasa"

Aku meneng.

"Selasa, Jim!" dia menukas

"Iyaa.. Selasa kapan?"

"Selasa depan lah.."

"Lama yach?"

"Cuma dua hari disana, Yang. Jakarta-Leuven pp dua hari. Total semua empat hari. Kamu kenapa sich?"

Aku meneng lagi.

"Lelakimu udah diworo woro?" suaraku seperti ketus.

"Come on, no baper honey" wajah Bri menempel jambang ku, hembus nafasnya menyapu ketelingaku.

"Oce. Take care, kamu" aku mendengusi dagu tirusnya, sambil pamitan.

"Hmm.."

***

Di Minggu petang, aku meretas WA.

Bri diantar lelakinya ke bandara internasional Sukarno Hatta terminal tiga. Penerbangan ke Brussels-Belgium, stop over KL dan Amsterdam. Nengok mama, update status. Wkwkwkwk.

"Miss you much" kulayangkan balasan.

"Muaahhh..." Bri menaut emoji heart. So sweet.

Bri terbang melintas laut hitam Eropa, meninggalkan aku kekasihnya dan lelaki kekasih lainnya. Aku kembali inget, ketika Bri bingung tak berdaya menghindariku masuk hatinya disaat lelaki itu sudah bercokol pula di kalbunya.  Aku pun begitu rupa, yang kemudian menjelma menjadi kekasih gelapnya. Hingga sampai risalah hati Bri dan aku meluber dan akupun sadar diri untuk berlalu. Bri berderai. 'Kembalilah kasih, kita harus bicara' sapanya semerdu Anggun Sasmi. Akupun terhenti, hatiku terguyur.

Selanjutnya kita bicara enam mata, Bri, lelakinya dan aku. Hasilnya sampe sekarang yang terjalani ini. Cinta yang tetap berbentuk segitiga, namun terang tidak setengah gelap kayak yang sebelumnya

***

Hari kelima pun berlabuh, disubuhnya yang terang. Aku sudah berdiri di ruang kedatangan terminal tiga, yang super dingin, sampai jins trucker ku tak sudi menghangatkan. Sedikit menggigil kesapu pandang yang membentur seorang lelaki familiar.

Alamak! Lelaki Bri? Bagaimana pula? Bukankah hari ini jadual jemputku?

Kami beradu pandang. Lelaki tersenyum menuju ku lalu kami bersalaman.

"Sori. Saya tau ini agenda anda, tapi Bri minta juga aku kemari" lelaki menjelaskan.

"O ya? Oke" singkatku

Kamipun berdiri berdampingan, tak banyak yang diomongkan. Hanya memandang lurus kerumunan passenger Brussels yang sudah mendarat.

Lalu Bri terlihat. Dia enggak sendiri, tertampak seorang cowok bule disisinya. Mereka bergandengan. Kami berdua berpandangan was was. Bri melambaikan lengannya, melempar senyum indahnya kekami berdua.

Masih menggandeng lelaki bule, Bri menghambur mendekat, paras eloknya sumringah.

"Kenalkan, ini calon alternatifku" katanya renyah. 

"Whattts?" kami terkesiap. Menyadari bahwa kami berdua sebagai paslon nomor 01 dan nomor 02 kurang manstaff alias gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun